Kamis 04 Jan 2018 09:27 WIB

AS Gelar Pesta untuk Negara Pendukung Penyerahan Yerusalem

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana sidang Majelis Umum PBB sebelum pemungutan suara terhadap resolusi yang menentang pengakuan sepihak AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Kamis (21/12).
Foto: AP Photo/Mark Lennihan
Suasana sidang Majelis Umum PBB sebelum pemungutan suara terhadap resolusi yang menentang pengakuan sepihak AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Kamis (21/12).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Donald Trump menggelar 'pesta' eksklusif untuk negara-negara yang mendukung AS di Majelis Umum PBB. Negara-negara itu menolak tidak menyetujui resolusi PBB yang mengutuk keputusan Washington mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Nikki Haley, Duta Besar AS untuk PBB, mengatakan, AS akan mengadakan resepsi untuk negara-negara yang tidak menentang posisi Amerika di Yerusalem pada Rabu (3/1) malam.

"Seperti yang saya katakan pada Desember, kita tidak akan melupakan pemungutan suara Yerusalem. Untuk itu, besok malam, kita memiliki resepsi untuk negara-negara yang memilih untuk tidak menentang posisi AS [di Yerusalem]," kata Haley seperti dikutip Independent.co.uk.

Pada bulan Desember, Haley mengirim undangan "Save the Date" ke 64 negara yang tidak memberikan dukungan kepada mereka untuk berterima kasih atas "persahabatan mereka dengan Amerika Serikat".

Bulan lalu, Majelis Umum PBB mengadopsi sebuah resolusi yang mengkritik keputusan Amerika untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan meluncurkan proses pemindahan kedutaannya di sana.

Langkah tersebut membalikkan dekade kebijakan AS di wilayah tersebut dan sebagian besar pengamat mengatakan hal tersebut akan menghalangi upaya untuk membangun perdamaian di Timur Tengah.

Meski resolusinya tidak mengikat secara hukum, ini adalah bagian dari usaha global untuk mendorong Trump memikirkan kembali keputusannya. Majelis Umum PBB sebanyak 128 mengumumkan keputusan kontroversialnya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel "batal demi hukum".

Sementara yang mendukung Trump hanya sembilan suara. Di antaranya Togo, Kepulauan Marshall, Nauru, Mikronesia, Palau, Honduras dan Guatemala bergabung dengan Amerika dan Israel dalam memberikan suara menentang resolusi PBB sehingga semua telah diundang ke pesta khusus tersebut.

Sementara Inggris memilih mendukung resolusi PBB tersebut, begitu pula India dan Rusia. Tiga puluh lima negara, banyak di Afrika dan Amerika Latin, abstain dari pemungutan suara. Rwanda, Uganda, Sudan Selatan, Malawi, dan beberapa negara kepulauan Karibia dan Pasifik memilih abstain. Kanada, Polandia, Australia, dan Meksiko juga demikian.

Sebelum pemungutan suara, pemerintahan Trump mengancam untuk "mengambil nama" negara dan memotong dana bantuan kemanusiaan. AS mengancam akan memotong bantuan finansial pada negara-negara yang tidak mendukungnya terkait Yerussalem tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement