Kamis 04 Jan 2018 10:31 WIB

6.700 Toko Ritel AS Gulung Tikar di 2017

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
bisnis ritel
Foto: republika
bisnis ritel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2017 merupakan tahun terberat bagi sejumlah perusahaan ritel konvensional. Laporan USA Today, Rabu (3/1) menyebut, ada sedikitnya 6.700 toko ritel yang berhenti beroperasi di 2017. Padahal, sejumlah toko yang gulung tikar tersebut sebelumnya dikenal sebagai perusahaan-perusahaan ritel ternama di AS.

Berikut adalah beberapa di antara mereka:

1. Toys 'R' Us

Toys 'R' Us merupakan toko ritel mainan terbesar di AS yang pernah berjaya di era 1980-1990an. Namun, bisnis ritel itu meredup sejak era e-commerce masuk. Terutama setelah website Toys 'R' Us memiliki akses langsung ke perusahaan e-commerce raksasa, Amazon.

Sejak saat itu, performa perusahaan terus menerun. Toys 'R' Us diperkirakan akan segera menutup sejumlah tokonya setelah musim libur Natal dan Tahun Baru berakhir.

2. Radio Shack

Sama seperti Toys 'R' Us, Radio Shack juga mengalami kelesuan bisnis sejak masuknya era digital. Perusahaan ritel elektronik tersebut mengumumkan kebangkrutan pada Maret lalu. Selanjutnya, Radio Shack akan menutup 1.000 tokonya sehingga hanya menyisakan 70 toko yang beroperasi.

3. The Limited

Jaringan perusahaan ritel yang menjual pakaian wanita, The Limited, juga mengalami kebangkrutan. Ia telah menutup 250 tokonya pada awal 2017 lalu.

Sama seperti perusahaan-perusahaan yang berbasis di mall, bisnis The Limited mengalami kelesuan seiring dengan berkurangnya jumlah pengunjung pusat perbelanjaan. Karena itu, perusahaan tersebut akhirnya beralih ke bisnis niaga daring pada September.

4. Payless ShoeSource

Jaringan perusahaan ritel yang bergerak di bisnis sepatu, Payless ShoeSource, telah menutup 400 dari total 4.400 tokonya yang tersebar di seluruh penjuru dunia, pada April lalu. Lalu, di penghujung musim panas, perusahaan mengumumkan telah menutup 900 toko.

Kabar tutupnya sejumlah toko milik Payless sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Sebab, sebelumnya Moody's telah menurunkan outlook Payless menjadi negatif karena persoalan hutang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement