Kamis 04 Jan 2018 14:48 WIB

Mencari Tempat Istirahat Pengungsi di Brussels

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi imigran
Foto: www.france24.com
Ilustrasi imigran

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Setiap malam pengungsi yang tak memiliki dokumen di Brussels akan berkumpul di sebuah taman minim pencahayaan. Di sana mereka akan bertemu dengan Yoon Daix dan relawan lainnnya.

Seperti dilansir Aljazirah, Kamis (4/1), Yoon Daix dalam kesehariannya bekerja mengelola tim agen call center di sebuah perusahaan. Namun pada malam hari pria berusia 43 tahun ini dapat dijumpai di Maximilian Park utara Brussels.

Setiap pukul 20.00, sekelompok pengungsi yang tidak berdokumen yang terdiri dari pria muda, wanita dan anak-anak berkumpul di taman tersebut. Mereka berasal dari negara-negara seperti Suriah, Irak, Eritrea, Sudan Selatan dan Ethiopia. Hampir semua pengungsi mengenal Yoon. Mereka menyapanya dengan senyum lebar dan memberi pelukan.

Yoon dan sekelompok relawan akan menghabiskan sisa malam mereka di taman tersebut. Mereka mengatur rumah mana yang dapat ditempatkan para pengungsi untuk beristirahat. Yoon membagi tempat yang dapat digunakan bagi para pengungsi pria, wanita dan anak-anak untuk berisitirahat.

Sementara itu, warga Belgia yang ikut dalam kegiatan ini muncul untuk mengumpulkan para pengungsi yang membutuhkan tempat istirahat di malam hari. Setiap malam, para sukarelawan menampung 300 sampai 400 orang pengungsi.

"Apa yang kami lakukan benar-benar membuat hubungan antara para pengungsi yang berada di Belgia dan tidak diberi dukungan atau bantuan dari pihak berwenang. Dan keluarga Belgia yang tidak tahan mengetahui bahwa banyak orang tertidur dalam keadaan dingin," kata Yoon.

Dalam beberapa bulan terakhir, gerakan solidaritas dan kepedulian warga negara telah berkembang dengan cepat.

Pada akhir Agustus, Yoon bergabung dalam sebuah acara untuk membantu menemukan tempat istirahat bagi sekitar 30 wanita dan anak-anak setelah penangkapan massal terhadap orang-orang tidak berdokumen yang tidur di taman.

Tidak lama kemudian, begitu banyak warga yang menawarkan tempat di rumah mereka sehingga para sukarelawan memutuskan untuk mencoba menemukan tempat tidur bagi semua orang.

Para relawan membentuk sebuah grup di Facebook yang bernama Citizen Hosting Platform. Saat ini grup memiliki anggota hampir 27 ribu. Mereka berasal dari warga dari kota-kota di Belgia. Di grup inilah koordinasi dilakukan.

"Anggota menawarkan tempat tidur atau untuk mengantar para tamu (sebagian besar pengungsi tidak mempunyai uang untuk menggunakan kendaraan umum dan juga takut ditangkap) ke rumah tuan rumah mereka, mereka mengajukan pertanyaan (Apakah aman? Apa yang harus saya buat untuk sarapan pagi?), Dan berbagi informasi dan pengalaman mereka," tulis laman Facebook tersebut.

Warga yang tergabung dalam grup ini mewakili gambaran masyarakat Belgia. Mereka terdiri dari berbagai usia dan profesi. Dari anak muda, pensiunan, lajang, keluarga dengan anak kecil bahkan seorang pengusaha hotel yang menampung pengungsi di hotelnya.

Beberapa pengungsi telah menjadi sangat dekat dengan tuan rumah mereka sehingga seringkali para pengungsi menerima kunci rumah dari tuan rumah mereka. Banyak pengungsi ingin pergi ke Inggris. Mereka tidak menyadari bahwa dapat mengajukan permohonan suaka di Belgia.

Para pengungsi yang berkumpul di taman ini mengaku merasakan kehangatan dari warga Brussels. Mereka mengatakan apa yang dilakukan warga Brussels begitu unik dan berbeda dari pengalaman yang mereka rasakan di negara-negara Uni Eropa lainnya. "Orang-orang di sini benar-benar tahu apa arti hak asasi manusia. Ketika saya melihat saudara laki-laki saya berada di tempat yang aman, saya merasa baik," ujar seorang pria Sudan Selatan Sudan yang berusia 24 tahun.

Relawan mengatakan platform mereka untuk melawan sentimen anti-pengungsi di Belgia dan cara untuk memberi tekanan kepada politisi lokal. Relawan ingin memastikan bahwa para pengungsi dan migran yang tidak berdokumen dapat mengakses informasi dan bantuan dasar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement