Kamis 04 Jan 2018 15:09 WIB

Harga Bawang Merah Anjlok di Masa Panen, Petani Menjerit

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Hazliansyah
Sejumlah petani memanen bawang merah di lahan pertanian kawasan Kampung Pasanggrahan, Desa Ciburial, Kecematan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (25/4)
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah petani memanen bawang merah di lahan pertanian kawasan Kampung Pasanggrahan, Desa Ciburial, Kecematan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (25/4)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Petani bawang merah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menjerit karena harga yang anjlok di masa panen. Panen yang diharapkan bisa memberi keuntungan, justru malah membuat petani harus menanggung kerugian.

Seperti yang dialami seorang petani bawang merah di sentra bawang merah Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Jajo. Panen yang diharapkannya bisa memberi keuntungan, justru malah membuatnya menanggung kerugian.

 

"Harga bawang merah anjlok sekali," keluh Jajo, salah seorang petani kepada Republika.co.id, Kamis (4/1).

 

Petani yang berasal dari sentra bawang merah Desa Patrol itu menyebutkan, saat ini harga bawang merah kualitas super di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur hanya Rp 8.500 per kg. Bahkan untuk bawang merah berukuran kecil hanya dihargai Rp 3.000 per kg.

 

Menurut Jajo, pasar Kramat Jati selama ini menjadi patokan harga bawang merah ditingkat petani. Saat harga di pasar tersebut anjlok, maka harga bawang merah milik petani yang ditawar oleh tengkulak/pasar lainnya juga akan rendah.

 

Padahal, untuk memperoleh keuntungan, harga bawang merah di tingkat petani semestinya mencapai Rp 15 ribu per kg. Sebab harga bibit saat ini sudah mencapai Rp 12 ribu per kg, belum ditambah biaya tanam serta pembelian pupuk dan obat-obatan.

 

Jajo mengakui, bawang merah yang dipanennya kali ini hanya berkualitas sedang akibat banyaknya hujan. Dengan hasil panen bawang merahnya yang berkualitas sedang, harga yang diberikan tengkulak hanya Rp 6.000 per kg.

 

"Jangankan untung, BEP (break even point) saja tidak tercapai," kata Jajo.

 

Jajo menyatakan, jika memaksakan diri untuk menjual, maka dipastikan dirinya akan menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah. Karena itu, dia memilih untuk tidak menjual bawang hasil panennya dan hanya menyimpannya sebagai bibit.

 

Jajo berharap, dalam kondisi seperti ini, pemerintah segera turun tangan untuk menyerap bawang merah milik petani. Menurutnya, pemerintah harus membeli bawang merah milik petani sesuai ketetapan harga yang telah ditetapkan.

 

Petani bawang merah lainnya, Udin, menjelaskan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, anjloknya harga bawang merah disebabkan musim panen yang bersamaan di berbagai daerah, terutama Brebes. Sesuai hukum ekonomi, saat pasokan berlebih, maka harga akan turun.

Terpisah, Kepala Bulog Indramayu Asep Buhori menyatakan, hingga kini belum ada perintah dari Pusat untuk membeli bawang merah milik petani. Selain itu, pihaknya juga tidak memiliki /cold storage untuk menyimpan bawang merah agar tidak cepat membusuk.

 

"Tapi kapan pun ada instruksi, kami siap," tandas Asep.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement