REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur Dodo Anondo mengingatkan para direktur rumah sakit di Jatim untuk lebih maksimal dalam pengelolaan limbah B3. Terlebih, saat ini sebagian nesar rumah sakit di Jatim masih menyerahkan pengelolaan limbah B3 kepada pihak ketiga, yang rawan disalahgunakan.
"Saya mohon kepada direktur rumah sakit di Jatim atau dilingkup Persi Jatim, hendaknya kita mulai mempersiapkan bagaimana mengatasi limbah b3 ini," kata Dodo pada acara pelantikan pengurus Persi Jatim di Hotel Harris, Jalan Bangka, Gubeng, Surabaya, Rabu (4/1).
Dodo mengakui, pengolahan limbah B3 rumah sakit di Jatim belum maksimal. Bahkan, tidak sedikit pula rumah sakit di Jatim yang tempat pembuangan sementara (TPS) limbahnya belum sempurna. Maka tak heran jika banyak rumah sakit yang menyerahkan pengelolaan limbahnya kepada pihak ketiga. Menurutnya, tidak masalah jika pengelolaan limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak ketiga. Tetapi rumah sakit harus terlebih dahulu melakukan survei tempat pengelolaan, guna memastikan limbah tersebut tidak disalahgunakan.
"Permasalahannya rumah sakit itu saat ini belum punya pengelolaan limbah yang menetap gitu. Nah mereka pakaki pihak ketiga, dan pihak ketiga ini yg membawa limbah B3-nya ke daerah lain, ada yang ke Jabar dan sebagainya. Sehingga banyak sekali dicurigai. Kalau sudah pihak ketiga ya mereka yang harus bertanggung jawab," ujar Dodo.
Dodo melanjutkan, Persi Jatim juga terus melakukan upaya agar limbah ini bisa dimanfaatkan. Artinya limbah B3, terutama yang plastik itu bisa disterilkan dan digunakan kembali.
"Ini sudah akan kita terapkan tinggal sekarang para direktur rumah sakit bagaimana menganggarkan. Kalau ragu-ragu dg pihak ketiga ya buat sendiri tempat pengolahan limbahnya," kata Dodo.
Dodo mengaku, Persi Jatim juga terus mendorong agar rumah sakit-rumah sakit di Jatim bisa melakukan studi banding (benchmarking) ke rumah sakit-rumah sakit yang sudah dianggap bagus. Baik rumah sakit dalam negeri, maupun rumah sakit luar negeri.
"Baik bagi semua direkturnya, maupun juga pada stafnya, untuk melihat rumah sakit baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk melihat bagaimana rumah sakit-rumah sakit itu bisa mengatasi yang terkait dengan limbah, asuransi dan lain sebagainya," kata Dodo.