REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Badan Waqaf Islam yang dikelola Yordania di Yerusalem melaporkan, setidaknya ada lebih dari 25 ribu pemukim Israel yang memasuki secara paksa ke dalam kompleks Masjid Al-Aqsa di Al-Quds (Yerusalem) pada 2017. Badan ini diberi mandat untuk mengawasi situs-situs Islam di Yerusalem.
Dalam sebuah pernyataan, Sheikh Azzam al-Khatib, direktur jenderal badan Waqaf tersebut, mengatakan, bahwa serbuan ke dalam situs suci umat Islam itu oleh para ekstremis Yahudi telah mencapai jumlah tertinggi yang pernah ada. Yang mana, terdapat 25.630 warga Israel tercatat masuk ke pelataran Al Aqsa dalam tahun terakhir ini. Al-Khatib menggambarkan serbuan yang semakin sering terjadi sebagai tindakan pelanggaran yang jelas terhadap kesucian masjid.
"Jumlah pemukim yang menyerbu masjid meningkat karena hasutan oleh rabbi Yahudi dan dukungan pemerintah Israel untuk tindakan semacam itu," kata al-Khatib, dilansir dari Muslim News, Kamis (4/1).
Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Israel telah mengizinkan warga Yahudi memasuki kompleks masjid Al Aqsa. Biasanya, mereka masuk melalui Gerbang Magharba. Jumlah warga Israel yang masuk itu kian meningkat.
Otoritas Palestina dan pemerintah Yordania telah berulang-ulang meminta pihak berwenang Israel untuk melarang praktik tersebut. Namun, seruan itu tidak diindahkan oleh Israel.
Pada 2016, tokoh Palestina mengatakan ada lebih dari 15 ribu serangan (serbuan) dari pemukim Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. Penyerbuan para pemukim Israel ke kompleks masjid, yang oleh umat Islam dianggap sebagai situs tersuci ketiga di dunia setelah Makkah dan Madinah, umumnya meningkat selama hari-hari raya keagamaan Yahudi. Pihak berwenang Israel memang kerap memperbolehkan para pemukim Yahudi untuk melakukan ritual Talmudiah di komplek dan pelataran Masjid Al Aqsa.