REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Puluhan kelompok masyarakat sipil Suriah menilai konferensi yang direncanakan oleh pemerintah Rusia akan melewati proses perdamaian yang dipimpin oleh PBB. Konferensi juga semakin memperkuat posisi Presiden Bashar al-Assad.
Seperti dilansir The Guardian, Kamis (4/1), 120 organisasi di dalam Kelompok Kerja untuk Suriah mendesak utusan khusus PBB untuk Suriah,Staffan de Mistura agar tidak menghadiri konferensi yang akan diadakan pada akhir Januari tersebut. Mereka menilai jika Mistura hadir maka akan membahayakan proses perdamaian yang dilakukan PBB.
Menurut kelompok kerja, kehadiran Mistura akan memberikan kredibilitas pada sebuah proses yang akan menolak era konstitusional baru dan pemerintahan transisi di Suriah.
Kelompok kerja tersebut mengatakan sangat penting bagi PBB untuk terus menegaskan kembali keunggulan resolusi dewan keamanan yang ada di Suriah. Dimulai dengan transisi politik dan diikuti oleh referendum konstitusional dan pemilihan yang bebas serta adil.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan menjadi tuan rumah Kongres Suriah selama dua hari mengenai Dialog Nasional di resor Sochi di Laut Hitam. Moskow juga mengirimkan lebih dari 1.700 undangan ke kelompok-kelompok Suriah, termasuk beberapa anggota oposisi resmi Suriah. Banyak kelompok oposisi telah mengatakan bahwa mereka tidak akan hadir.
De Mistura belum memastikan secara pasti apakah dia akan hadir. Namun ia mengaku menentang setiap proses yang bertentangan dengan proses PBB. Tapi Mistura kemungkinan tidak ingin mengasingkan Putin dengan memboikot perundingan tersebut karena dia membutuhkan Rusia untuk memberi tekanan pada Assad jika perundingan PBB yang terhenti membuat kemajuan.