REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor di 2018 dapat tumbuh di kisaran 6-7 persen. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk mencapai target tersebut, pihaknya saat ini tengah gencar membuka pasar-pasar ekspor baru di negara-negara nontradisional, khususnya di kawasan Afrika dan Amerika Latin.
Untuk melakukan penetrasi ke pasar-pasar tersebut, Kementerian Perdagangan melakukan sejumlah strategi, antara lain menjalankan misi dagang, memanfaatkan perjanjian kerja sama bilateral dan multilateral, serta menyelesaikan perundingan perdagangan.
"Tahun ini minimal ada 13 perjanjian dagang yang akan kita selesaikan," ujar Enggar, di Auditorium Kementerian Perdagangan, Kamis (4/1).
Sejumlah perundingan perjanjian dagang yang ditargetkan untuk segera rampung tahun ini antara lain Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IPA-PTA), Indonesia-European Free Trade Association dan Indonesia-Malaysia Border Trade Agreement (BTA).
Selain itu, Indonesia juga akan menginisiasi perjanjian dagang dengan Kenya, Peru, Mozambik, Afrika Selatan, Maroko, Sri Lanka dan Bangladesh.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda mengatakan, pertumbuhan ekspor nasional selama 2017 tumbuh signifikan. Nilai total ekspor Indonesia pada tahun lalu mencapai 170,3 miliar dolar AS. Capaian tersebut tumbuh sebesar 17,2 persen dibanding nilai total ekspor Indonesia di 2016 yang tercatat sebesar Rp 145,2 miliar.