REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Rwanda dan Uganda menolak menandatangani kesepakatan untuk menerima imigran Afrika dari Israel. Sebab, skema yang ditawarkan Israel dianggap menyalahi hak asasi manusia.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (6/1), Israel sebelumnya menyatakan akan memberikan uang pada imigran Afrika apabila mereka bersedia kembali ke negaranya atau pindah ke negara lain. Jika para imigran tidak segera keluar dari Israel hingga akhir Maret mendatang, mereka diancam akan dijebloskan ke penjara apabila tertangkap tangan oleh petugas.
Pemerintah Israel tidak menyebut ke negara mana imigran harus pergi. Namun, sejumlah organisasi HAM yang menangani pengungsi menyebut Rwanda dan Uganda telah menandatangani kesepakatan untuk menampung mereka.
Pernyataan itu langsung dibantah oleh Menteri Luar Negeri Rwanda Olivier Nduhungirehe. "Rwanda tidak memiliki kesepakatan apa pun dengan Israel terkait warga migran Afrika dari negara tersebut," tulis Olivier, dalam akun Twitter resminya.
Okello Oryem, yang mewakili Pemerintah Uganda, juga menyatakan hal serupa. "Tidak ada kesepakatan tertulis atau dalam bentuk apa pun antara Pemerintah Uganda dengan Israel untuk menerima pengungsi," kata Oryem, kepada Reuters.
Imigran yang berada di Israel mayoritas berasal dari Sudan dan Eritra. Mereka disebut melarikan diri ke Israel dari perang dan kesulitan ekonomi di negara asalnya. Kelompok pembela HAM menuding Israel lambat dalam memproses permintaan suaka para imigran. Tak hanya itu, Israel juga dinilai telah mengabaikan klaim legitimasi atas status mereka.