Ahad 07 Jan 2018 15:54 WIB

Pemuda Kristen Palestina Serang Patriark Ortodoks Yerusalem

Yerusalem
Foto: RNW
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para pemuda Kristen Palestina menyerang mobil Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem Theophilos III pada Sabtu (6/12) waktu setempat. Alasannya, adalah karena mereka memprotes keputusan gereja untuk menjual tanah kepada kelompok Yahudi.

Mereka juga melakukan aksi unjuk rasa menuntut agar Theophilos III mengundurkan diri. Karena kecurigaan bahwa gereja tersebut telah melanggar kesepakatan dengan menjual tanah Palestina kepada perusahaan permukiman dan institusi resmi Israel.

Pada hari itu patriark tersebut sedang mengunjungi Tepi Barat. Dan pada saat konvoi menuju sebuah gereja di Bethlehem untuk menghadiri Misa Natal Ortodoks, ratusan orang Kristen Palestina memblokirnya.

"Hari ini kami berdiri di sini untuk mencegah masuknya pengkhianat Theophilos," kata salah seorang aktivis gerakan Pemuda Ortodoks Palestina Salama Saheen, dikutip Asharq Alawsat, Ahad (7/12). "Kami tidak menginginkan orang ini, orang ini harus diadili karena dia mengkhianati tanah air, mengkhianati gereja, dan mengkhianati setiap prinsip manusia."

Bethlehem, Beit Sahour, dan Beit Jala di wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel telah menyerukan pemboikotan terhadap gereja Ortodoks Yunani karena diduga telah mengizinkan penjualan kontroversial atas propertinya di Yerusalem Timur, Palestina, kepada kelompok-kelompok yang membantu permukiman Yahudi di sana.

Setidaknya beberapa undangan reami untuk menghadiri gereja tersebut untuk menyambut Theophilos III itu, menurut media Palestina WAFA di situs berbahasa Inggrisnya. "Dia diterima oleh pejabat Palestina, termasuk Gubernur Bethlehem Jibrin Bakri dan juga Menteri Pariwisata Rola Mayaya antara lain," demikian yang tertulis di WAFA.

Sementara wali kota Kristen Beit Jala mengatakan bahwa dia ingin Theophilos III melepaskan jabatannya karena penjualan tanah kontroversial tersebut.

Media Israel melaporkan bahwa kesepakatan kontroversial tersebut mencakup properti di Yerusalem Timur dan Barat, serta di kota-kota pelabuhan di Kaisarea dan Jaffa. Mereka mengidentifikasi beberapa investor Yahudi dan Israel sebagai pembeli potensial.

Adapun menurut pejabat gereja, mereka perlu menjual tanah untuk membayar hutang yang telah terakumulasi selama ini. Sampai saat ini gereja telah menyewakan tanah tersebut kepada warga dalam kontrak jangka panjang.

Warga Palestina menentang penjualan tersebut dan menganggapnya sebagai tindakan pengkhianatan. Sedangkan parlemen Israel juga mencoba untuk memblokir kesepakatan tersebut karena khawatir itu dapat menyebabkan kenaikan yang signifikan dalam harga real estate.

Sebagian besar orang Kristen Ortodoks Timur merayakan Natal pada 7 Januari, sementara orang-orang Kristen di Barat merayakannya pada 25 Desember. Hal ini terjadi karena perbedaan penghitungan antara kalender Julian dan Gregorian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement