REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wales adalah salah satu negara dengan penduduk mayorits Kristen. Dan Islam adalah salah satu agama besar di Wales selain Kristen. Walaupun berada di tengah-tengah perbedaan agama, Islam dan Kristen hidup berdampingan dengan rukun di Wales.
Di Wales di Isle of Anglesey, adalah rumah bagi sebuah gereja terpencil dan kuno, yaitu Llanbadrig. Diketahui telah didirikan oleh St. Patrick sendiri (Llanbadrig berarti Gereja St. Patrick). Menjelang akhir abad-19, Gereja telah runtuh. Lord Henry Stanley, seorang bangsawan kaya dan masuk Islam (anggota Muslim pertama House of Lords) yang memutuskan untuk membiayai perbaikannya.
Pertobatannya sama sekali tidak bertentangan dengan kekaguman dan kecintaannya kepada Gereja dan iman Kristen itu sendiri, dan karenanya dia memberikan uang kepadanya untuk dipulihkan. Sebagai tanda penghormatan kepada dermawannya, Gereja menggabungkan jendela kaca patri yang mencerminkan karya seni Islam, yang memberikan integrasi indah arsitektur Islam dan arsitektur Celtic kuno.
Hubungan erat antara orang Kristen dan Muslim di Wales berlanjut hari ini melalui kemitraan inovatif antara Dewan Muslim Wales dan berbagai badan Kristen.
Hubungannya baik tidak hanya antara Islam dan Kristen. Pada bulan Januari 2010, Dewan Muslim Wales dan Universitas Cardiff Society Islam dalam asosiasi Cardiff University Jewish Society menyelenggarakan 'peristiwa bersejarah'.
Untuk menghormati Hari Peringatan Holocaust, komunitas Muslim dan Yahudi di Wales menghadiri sebuah acara dengan foto jurnalis Norman Gershman, yang menceritakan tentang Muslim di Albania yang melindungi orang-orang Yahudi dari mesin perang Nazi selama hari-hari gelap Perang Dunia Kedua. Acara ini mungkin bersejarah, tapi ini bukan pertama kalinya komunitas Muslim dan Yahudi Welsh berkumpul untuk merayakan warisan bersama mereka.
Pada tanggal 6 Januari 1908, lebih dari seabad yang lalu, seorang Muslimah terkemuka Inggris, Abdullah Quilliam, berbicara di Cardiff University College bersama Dr. Hirchowitz dan Dr. Zalkin (pada waktu itu, Profesor studi Ibrani). Topik yang disampaikan Abdullah Quilliam adalah hubungan erat antara Muslim dan Yahudi sepanjang sejarah.
Hal ini menunjukan bahwa bahwa lebih dari 100 tahun, komunitas religius di Wales masih menemukan tujuan bersama dan hidup rukun ditengah perbedaan.