Senin 08 Jan 2018 18:00 WIB

Inka Teken Kontrak Rp 642,8 Miliar dengan Filipina

Pekerja menyelesaikan pembuatan gerbong datar di pabrik PT Industri Kereta Api (Inka) Madiun, Jawa Timur, Jumat (20/11).
Foto: Antara//Siswowidodo
Pekerja menyelesaikan pembuatan gerbong datar di pabrik PT Industri Kereta Api (Inka) Madiun, Jawa Timur, Jumat (20/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Industri Kereta Api (Persero) akan meneken kontrak pengadaan kereta senilai 45 juta dolar AS atau setara dengan Rp642,8 miliar dengan Filipina pada Januari 2018 ini.

"Bulan ini dengan Filipina kita tanda tangan kontrak dua rangkaian kereta `diesel multiple unit' atau kereta rel diesel hidrolik," kata Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Inka M Nur Sodiq saat ditemui di Jakarta, Senin (8/1).

Sodiq mengatakan kerja sama ini merupakan yang pertama kalinya dengan Filipina untuk pengerjaan proyek sarana kereta api (rolling stock). "Mimpi kita, yaitu menguasai Pasar ASEAN karena enggak ada yang buat kereta begini selain di Indonesia, yaitu Inka, kemudian ke Asia Selatan baru merambah ke Pasar Afrika," katanya.

Selain Filipina, dia menyebutkan juga kerja sama dengan Bangladesh, yaitu pengerjaan 50 kereta broad gauge (BG) dan 200 kereta meter gauge (MG) senilai 99,8 juta dolar AS atau Rp 1,4 triliun. "Harus selesai 2019 dan pengiriman pertama akhir 2018 ini," katanya.

Adapun untuk pemesanan dalam negeri, Sodiq menyebutkan pihaknya akan mengerjakan 438 kereta dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk kereta eksekutif dan ekonomi dengan nilai Rp 2,2 triliun. Dalam kesempatan sama, Executive Vice President Inka Bambang Kushendarto mengatakan kerja sama tersebut untuk pengerjaan sarana kereta api dalam jangka waktu dua tahun.

"Untuk Filipina memang pertama, tapi untuk pasar ASEAN, kita sudah pernah dengan Malaysia, baik kereta barang maupun penumpang, kemudian Thailand untuk kereta `Ballast Hopper Wagon' dan Australia untuk casis-nya saja," katanya.

Bambang mengatakan pihaknya juga dalam proses penjajakan kerja sama pengadaan 30 lokomotif dengan Zambia senilai 90 juta dolar AS atau Rp 1,3 triliun yang saat ini masih dalam tahap negosiasi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement