REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Franciscus mengatakan saat ini sangat penting bagi semua pihak mendukung dialog di semenanjung Korea dalam mengatasi perselisihan yang terjadi. Pernyataan ini disampaikan Paus dalam pidato tahunannya.
Dilansir Express, Selasa (9/1), penyataan ini disampaikan Paus satu hari sebelum Korea Utara dan Korea Selatan akan memulai pembicaraan untuk pertama kalinya sejak 2015. Pernyataan ini ia sampaikan di depan utusan dari hampir 200 negara.
"Senjata nuklir harus dilarang. Tidak dapat dipungkiri kebakaran bisa dimulai dengan suatu kebetulan dan keadaan yang tak terduga," ujar Paus Francis dengan mengutip pernyataan Paus Yohanes XXIII pada puncak Perang Dingin.
Dia juga mencatat Vatikan ada di antara 122 negara bagian yang menyetujui sebuah perjanjian PBB melarang senjata nuklir. Setelah pidato tersebut, Paus Francis menghabiskan lebih banyak waktu berbicara dengan utusan Korea Selatan, Jonghyu Jeong dibandingkan dengan diplomat lainnya.
Korea Utara dan Selatan akan memulai perundingan mengenai kehadiran Korea Utara di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang. Sebuah tim delegasi dari kedua negara akan bertemu di wilayah gencatan senjata di Panmunjom.
Terakhir kali kedua negara terlibat dalam pembicaraan resmi pada Desember 2015. Kim telah mengungkapkan dia mengirim pasukan militer senior Ri Son-gwon untuk memimpin perundingan dengan Korea Selatan.
Ri memimpin Korea Utara dalam berbagai perundingan militer lintas batas sejak 2006 dan memiliki banyak pengalaman dalam pembicaraan antar-Korea. Perundingan tersebut telah meningkatkan harapan mencairkan ketegangan di Semenanjung Korea di tengah meningkatnya ketegangan terkait uji coba rudal Pyongyang.
Namun ada kekhawatiran Korea Utara dapat menggunakan Olimpiade tersebut untuk membuat irisan antara Washington dan Seoul, dan akan menggunakan acara tersebut untuk melakukan penawaran dalam melawan sanksi internasional. Presiden AS Donald Trump pada Kamis menyebut usulan pembicaraan antar-Korea tersebut sebagai hal yang baik. Ia dan Korea Selatan sepakat latihan militer skala besar tahunan akan berlangsung setelah Olimpiade.