REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan, pesantren dinilai juga dapat memainkan perannya dalam pengembangan pertanian. Lulusan pesantren bisa kembali ke masyarakat untuk mengembangkan pertanian di Indonesia.
“HKTI memiliki banyak program pertanian, namun saat ini kami masih banyak menangani padi. Kami juga sudah ada program pertanian jagung. Dan untuk lebih memperbanyak lagi, perlu menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, termasuk dengan pesantren untuk mengimplementasikan program,” ujar Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, dalam keterangan tertulis, Selasa (9/1).
Ia mengatakan, melalui kerja sama ini lulusan dari dua lembaga pendidikan itu ketika kembali ke masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup pada pertanian.
“Lulusan dari perguruan tinggi dan pesantren punya knowledge baru pada pertanian ketika kembali ke daerah masing-masing. Demi satu tujuan membangun pertanian Indonesia,” ujar Moeldoko.
Moeldoko menjelaskan, teman-teman di pesantren akan diajarkan ilmu pertanian. Setelah keluar, para santri diharapkan akan menjadi center of gravity dari lingkungannya.
"Bisa dibayangkan kalau dia memiliki salah satu ilmu pertanian. Di samping pandai ilmu agama, dalam konteks hablumminannas, memiliki ilmu pengetahuan transfer knowledge dari kita tentang pertanian, maka dia akan bisa memberikan pencerahan pada lingkungan," terang Moeldoko.
Nantinya, para santri tersebut bisa menggarap lahan pertanian di sekitar pesantren. Lahan tersebut bisa milik pemerintah, lembaga, perusahaan atau pribadi yang bisa dijalin kerja sama.
"Pesantren adalah garda terdepan mencegah terrorisme. Santri pesantren saya yakin juga bisa diandalkan untuk sektor pertanian di saat regenerasi petani makin tergerus," jelasnya.