Selasa 09 Jan 2018 12:12 WIB

Mengenal Zona Demiliterisasi di Perbatasan Korea

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Korea Selatan berjaga di dekat Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea di Paju, Seoul, Kamis (4/4).
Foto: Reuters/Lee Jae-Won
Tentara Korea Selatan berjaga di dekat Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua Korea di Paju, Seoul, Kamis (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Setelah perang Korea berakhir dengan sebuah gencatan senjata pada 1953, Panmunjom ditunjuk sebagai satu tempat di mana para pejabat dari kedua belah pihak dapat bertemu. Dilansir di BBC, Selasa (9/1), desa gencatan senjata ini dibagi menjadi dua bagian oleh garis demarkasi militer, satu sisi sebelah Utara, yang lain ke Selatan.

Di tengah desa terdapat gedung-gedung Komando PBB, melintasi tengah jalan. Zona Demiliterisasi (DMZ) memiliki luas 250 kilometer dan lebar empat kilometer yang melintasi Semenanjung Korea. Zona ini dipenuhi dengan kawat berduri, deretan kamera pengawas dan pagar listrik.

DMZ dijaga ketat oleh puluhan ribu tentara di kedua sisi sehingga hampir tidak mungkin melintasi perbatasan. Sejak berkuasa pada 2011, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un diyakini telah memerintahkan pengetatan kontrol perbatasan antara kedua belah pihak dan termasuk bersama Cina, dengan meletakkan lebih banyak ranjau darat.

Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara juga telah menerbangkan pesawat tak berawak di perbatasan, terutama untuk tujuan pengintaian setelah Korea Selatan menerapkan sistem pertahanan anti-rudal AS yang dikenal sebagai Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).

Dilansir ABC News, Senin (8/1), Panmunjom adalah jantung dari Zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korea Utara dan Korea Selatan. Di desa inilah perundingan mengenai partisipasi Korut dalam Olimpiade musim Dingin dilakukan. Ini adalah pembicaraan resmi kedua negara setelah lebih dari dua tahun.

Seorang tentara Korea Utara melihat Desa Panmunjom di Paju, Korea Selatan yang berbatasan dengan Korut melalui teropong. (EPA/Jeon Heon-Kyun/Poo)

Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang. Meskipun permusuhan Perang Korea berakhir pada 1953, namun konflik tersebut tidak pernah secara resmi berakhir. Kedua belah pihak hanya menyepakati sebuah gencatan senjata yang ditandatangani di Panmunjom pada 1953 dan bukan perjanjian damai.

Setelah Perang Dunia II, Korea Utara dan Selatan dibagi sehingga menciptakan perbatasan internasional de facto. Zona Demiliterisasi diciptakan sebagai penyangga antara negara-negara pada 1953 setelah Perang Korea.

Sekitar 70 persen pasukan darat Korea Utara ditempatkan di sepanjang perbatasan, dengan setengah dari angkatan laut dan angkatan udara berjarak 60 mil dari DMZ. Ada juga 14 ribu tabung artileri yang ditempatkan Korut jika terjadi konflik.

Perbatasan ini telah menjadi lokasi beberapa bentrokan selama bertahun-tahun, termasuk di Panmunjom di mana pada 1976 dua perwira Angkatan Darat AS dikirim untuk membersihkan beberapa pohon. Mereka diserang dan dibunuh. Insiden terakhir, yaitu seorang pembelot Korea Utara melarikan diri dengan melintasi perbatasan melalui Panmunjom. Ia dihujani tembakan oleh pasukan Korut.

Pembelot Korut terlihat melarikan diri menuju wilayah Korsel. (Youtube/NBC News)

Jantung Panmunjom adalah Area Keamanan Bersama, yang diawasi secara bersama oleh Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa, Korea Selatan dan Korea Utara. Di tengahnya ada serangkaian bangunan yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hanya beberapa meter saja bangunan milik orang Korea Utara.

Pasukan Amerika dan Korea Selatan juga berhadapan langsung dengan pasukan Korea Utara di perbatassan ini. Sebuah bidang semen di tanah antara bangunan berfungsi sebagai perbatasan yang tidak dapat dilewati oleh pasukan dan pengunjung.

Di dalam satu gedung Militer Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa, terdapat meja konferensi yang dibagi sama rata untuk masing-masing negara. Di meja ini, pertemuan telah dilakukan mulai dari topik penjaga perdamaian sampai kompetisi tenis meja. Sekarang, pembicaraan tentang partisipasi Korea Utara di Olimpiade juga akan diadakan di meja ini.

Menghubungkan kedua sisi Area Keamanan Bersama terdapat beberapa hotline yang dapat digunakan Korea Utara dan Korea Selatan untuk berkomunikasi. Selama dua tahun terakhir, Korea Selatan terus berupaya berkomunikasi dengan Korea Utara setiap hari, namun tidak mendapat jawaban. Tapi akhirnya, pekan lalu, sebuah jawaban disampaikan Korea Utara terkait keinginan terlibat dalam pembicaraan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement