REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat yang buta akaara Alquran di pelosok daerah Indonesia masih terbilang tinggi. Karena itu, Kementerian Agama mengintensifkan penyuluh agama untuk berperan aktif memberantas buta huruf di Indonesia. Hal ini disampaikqn Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Khoirudin.
"Kalau terkait buta aksara Alqur'an itu kita sedang melibatkan para penyuluh juga dengan gerakan guru mengaji," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/1).
Saat ini setidaknya ada 45 ribuan penyuluh agama Islam honorer atau non PNS di seluruh Indonesia. Mereka digaji sebesar Rp 500 ribu per bulan. Menurut Khoirudin, setiap kecamatan disedikan satu orang guru mengaji yang juga merupakan penyuluh agama. "Kan penyuluh itu ada yang tugasnya guru ngaji, ada juga yang tugasnya memberikan pemahaman keagamaan," ucapnya.
Menurut dia, penyuluh agama di setiap kecamatan setidaknya mempunyai beberapa tugas, ada yang mempunyai tugas khusus sebagai guru mengaji, ada juga yang mempunyai tugas untuk menangkal radikalisme, ada mengurusi keluarga sakinah, zakat, wakaf, dan juga haji.
"Kalau untuk guru mengaji ini dibutuhkan bener oleh masyarakat," katanya.
Namun, menurut dia, pihaknya masih menemukan kendala untuk memberantas buta aksara Alquran tersebut. Pasalnya, untuk menangani masalah ini tidak badan negara yang bisa diajak kerjasama. "Kalau radikalisme itu ada badan yang bisa membantu yaitu BNPT dan lain lain juga ada. Tapi guru mengaji ini tidak ada badan yang bisa diajak kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka," jelasnya.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya sedang berupaya untuk menghimpun guru-guru mengaji di daerah, terutama guru yang bisa menghafal Alquran atau hafidz. Guru-guru tersebut akan ditarik untuk mengajar di masjid-masjid kementerian atau lembaga pemerintah si daerah.
Selain itu, menurut dia, pada tanggal 25 sampai 28 Januari mendatang pihaknya juga akan mengirimkan hafiz ke luar negeri, khususnya negara Uni Emirat Arab (UEA). "Sementara ini baru Uni Ermirat Arab yang baru kerjasama. Banti guru m-guru ngaji yang tidak terpakai di luar negeri nanti akan disalurkan ke masjid-masjid pemerintah, lembaga, masjid Pemda-Pemda. Itu biar mereka bisa bergerak masif untuk guru mengaji," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta, Prof Nazaruddin Umar menilai masyarakat yang buta aksara Alquran masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah-daerah pelosok. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 menyebutkan ada sekitar 54 persen dari total populasi umat Islam di Indonesia yang tidak bisa membaca Alquran.
Sementara, berdasarkan riset Institut Ilmu Alquran, sekitar 65 perseb masyarakat Indonesia masih buta aksara Alquran. Menurut Nazaruddin, data survei terakhir juga menunjukkan banyaknya masyarakat yang buta alsara Alquran, namun ia lupa angkanya.
"Masih banyak yang buta aksara Alquran, di pedesaan-pedesaan, di pulau-pukau terpencil. Kalau di kota insyaAllah sudah," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/1).