Selasa 09 Jan 2018 17:14 WIB

Filipina Layangkan Protes Pembangunan Pangkalan Militer Cina

Rep: Fira Nursya'bani/Crystal/ Red: Teguh Firmansyah
Citra satelit terbaru menunjukkan pembangunan hanggar militer di Karang Subi, Laut Cina Selatan oleh Cina.
Foto: The New York Times
Citra satelit terbaru menunjukkan pembangunan hanggar militer di Karang Subi, Laut Cina Selatan oleh Cina.

REPUBLIKA.CO.ID,   MANILA -- Menteri Pertahanan Filipina akan melayangkan protes diplomatik ke Cina. Filipina menganggap Cina telah mengingkari janji untuk tidak melakukan militerisasi di pulau-pulau buatan di perairan Laut Cina Selatan (LCS).   Pembangunan fasilitas militer Cina dikhawatirkan akan digunakan untuk membatasi pergerakan bebas di sepanjang jalur perdagangan LCS.

Wakil Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan, protes ini dilakukan setelah stasiun TV China Central Television (CCTV) pada 30 Desember menunjukkan Fiery Cross Reef di LCS telah berubah menjadi pangkalan udara. Protes akan dilayangkan melalui Kementerian Luar Negeri Filipina.

"Pemerintah Cina mengatakan beberapa waktu lalu mereka tidak akan melakukan militerisasi di pulau-pulau yang direklamasi tersebut," kata Lorenzana kepada wartawan, Selasa (9/1). "Jika benar dan kita bisa membuktikan mereka telah menempatkan tentara dan bahkan sistem senjata, maka itu akan menjadi pelanggaran terhadap apa yang mereka katakan," tambah dia.

Juru bicara kepresidenan Filipina Harry Roque menambahkan, laporan tentang pulau-pulau reklamasi militer Cina bukanlah hal yang baru. "Kami selalu melawan militerisasi di wilayah. Ini tentu saja tidak baik, karena ini merupakan ancaman lebih lanjut bagi perdamaian dan keamanan wilayah," ujar Roque.

Menurut dia, Cina telah memegang komitmen untuk tidak merebut lebih banyak pulau. "Masih belum ada pelanggaran niat baik selama Cina belum memulai reklamasi baru," jelasnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, mengatakan pembangunan pangkalan militer tersebut dilakukan di wilayah negara mereka. Pembangunan itu dimaksudkan untuk membantu perdamaian di wilayah tersebut, serta keamanan laut, dan pencegahan bencana. "Tentu saja, Cina juga perlu membangun peralatan pertahanan yang diperlukan untuk wilayahnya. Peralatan yang relevan tidak diarahkan ke negara manapun," kata Lu.

Cina dan Filipina telah lama berdebat mengenai LCS, namun hubungan mereka semakin membaik di bawah kepemimpinan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Duterte telah mendekati Beijing dengan harapan dapat menjalin bisnis dan investasi.

Cina juga telah meyakinkan Filipina bahwa pihaknya tidak akan menempati wilayah baru di LCS, yang berada di bawah status quo. Hal ini karena kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat hubungan mereka.

Pulau buatan Cina di LCS memiliki rumah sakit dengan lebih dari 50 dokter, koneksi berkecepatan tinggi, dan bandara dengan landasan pacu sepanjang 3.160 meter.  Dalam 27 tahun terakhir, angkatan laut Cina telah mengirim lebih dari 1.000 tentara untuk menjaga pulau-pulau itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement