REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan Indonesia pada 2017 memburuk dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Bambang, untuk mengatasi itu diperlukan upaya pemerintah yang lebih baik terutama dalam menyalurkan bantuan kepada masyarakat miskin.
"Pada September 2017, indeks kedalaman kemiskinan sedikit meningkat dibandingkan September 2016. Ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Hal ini mengindikasikan biaya yang dibutuhkan untuk mengangkat orang keluar dari kemiskinan semakin besar," ujar Bambang dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (9/1).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, indeks kedalaman kemiskinan pada September 2017 sebesar 1,79 atau memburuk dibandingkan September 2016 yang sebesar 1,74. Begitu pun dengan indeks keparahan kemiskinan yang memburuk dari 0,44 pada September 2016 menjadi 0,46 pada September 2017.
"Ini mengindikasikan ketimpangan di antara penduduk miskin semakin melebar, sehingga ketepatan sasaran program-program dalam menjangkau terutama penduduk miskin semakin diperlukan," ujar Bambang.
Ia menjelaskan, pada periode Agustus hingga November 2017 terjadi peningkatan inflasi padi dan umbi-umbian yang cukup tinggi dibandingkan inflasi umum. Hal ini disebabkan tingginya biaya operasi penggilingan padi imbas kekurangan pasokan gabah kering. Selain itu, terdapat hama wereng yang melanda 30 kabupaten di Jawa Tengah pada Februari hingga Juli 2017. Seperti diketahui, Jawa Tengah merupakan daerah penghasil beras.
Menurut Bambang, hal itu kemudian berdampak pada penurunan daya beli penduduk termiskin baik di wilayah perkotaan dan perdesaan. Hal itu menjadi catatan yang perlu diperbaiki mengingat pemerintah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan pada September 2017 mencapai titik terendah selama hampir dua dekade yaitu mencapai level 10,12 persen. Jumlah penduduk miskin bahkan berkurang 1,18 juta jiwa dibandingkan tahun sebelumnya.
"Ini merupakan penurunan paling besar, karena sebelumnya, rata-rata penurunan kemiskinan hanya kurang dari 500 ribu orang per tahun," ujar Bambang.