REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Agama melalui Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat berencana akan membentuk Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara. Langkah ini penting dilakukan mengingat Indonesia kaya akan kekayaan manuskrip keagamaan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebut terdapat puluhan ribu manuskrip dalam kondisi yang memperihatinkan. Padahal, sampai saat ini manuskrip keagamaan masih sangat banyak tersebar di masyarakat.
"Sudah semestinya Indonesia sebagai negara yang begitu besar punya Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara. Ini penting untuk menjawab ekspektasi masyarakat yang begitu besar kepada Kementerian Agama," kata Menag seperti dikutip dari website resmi Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (9/1).
Menurut Menag, kegiatan ini harus dimulai secara bertahap, misalnya digitalisasi naskah, membuat film-film dokumenter sebagai bentuk konservasi warisan ini.
"Untuk mewujudkan hal ini, perlu penyesuaian dan modifikasi sejumlah program yang mendukung," tambah Menag.
Menag juga meminta Litbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi untuk segera menyelesaikan regulasi terkait Buku Pendidikan Agama. Karena UU nomor 3 tahun 2017 menjadikan Kemenag sebagai institusi untuk menguji sahih buku-buku pendidikan agama, baik yang belum dan sudah terbit.