REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sebanyak 3.700 orang telah ditangkap oleh pihak berwenang di sejumlah kota di Iran selama gelombang demonstrasi antipemerintah. Demonstrasi yang berlangsung selama sepekan itu turut diwarnai dengan kerusuhan.
Jumlah penangkapan ini diungkap oleh seorang anggota parlemen Tehran, Mahmoud Sadeghi, melalui kantor berita ICANA yang dikelola negara, pada Selasa (9/1). Angka ini cukup mengejutkan karena jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
"Pasukan keamanan dan intelijen secara berbeda menahan para demonstran, sehingga sulit untuk mengetahui jumlah pastinya," kata Sadeghi, dikutip Aljazirah.
Sebelumnya baru 1.000 orang yang dilaporkan ditangkap dalam demonstrasi besar-besaran sejak 28 Desember lalu itu. Kekerasan dalam unjuk rasa tersebut telah menyebabkan sedikitnya 22 orang tewas.
Demonstrasi dengan cepat menyebar ke lebih dari 80 kota dan pedesaan di akhir bulan lalu. Ribuan pemuda dan kalangan pekerja di Iran menyuarakan kemarahan mereka pada praktik korupsi, pengangguran, dan kesenjangan yang mendalam antara yang kaya dan yang miskin.
Mereka juga mengeluhkan kebijakan luar negeri Iran dan bantuan dana Iran untuk Suriah, Lebanon, dan Gaza. Unjuk rasa dimulai di Kota Masyhad, kota terbesar kedua di Iran, pada 28 Desember sebelum menyebar ke kota-kota lain.
Pihak berwenang Iran telah menuduh AS, Israel, dan Arab Saudi terlibat dalam mendalangi demonstrasi anti-pemerintah ini. Pemerintah Iran kemudian membatasi akses media sosial Instagram dan Telegram sebagai tindakan pengamanan.