Rabu 10 Jan 2018 05:15 WIB

Mahalnya Harga Beras dan Keluhan Pedagang Pempek

Rep: Halimatus Sa'diyah, Sri Handayani/ Red: Budi Raharjo
Pedagang beras. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang beras. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kenaikan harga bahan pangan seakan menjadi cerita awal tahun yang menyesakkan bagi rakyat. Setelah cabai, ayam, dan telur ayam yang mengalami kenaikan harga, kini giliran komoditas beras menyusul naik di sejumlah daerah.

Mulai dari Lampung, Jakarta, Purwakarta, Solo, hingga Jember, terekam adanya kenaikan harga beras yang signifikan. Lihat saja harga beras di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang masih cenderung tinggi. Harga beras masih di kisaran Rp 9.000 hingga Rp 13.000 per kilogram (kg) untuk kualitas medium hingga premium.

"Harga beras memang masih tinggi, namun selama dua pekan terakhir harganya cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikan lagi," kata Samik, salah seorang pedagang Pasar Tanjung Jember, Selasa (9/1).

Harga beras di Pasar Tanjung Jember untuk jenis IR 64 sebesar Rp 9.400 per kg, beras Mentik berkisar Rp 12.500 hingga Rp 13.000 per kg. Sedangkan beras Bengawan berkisar Rp 11.000 hingga Rp 11.500 per kg. "Kemungkinan kenaikan harga beras karena belum panen raya di Jember, sehingga pasokan ke pedagang juga berkurang dan biasanya harga beras berangsur-angsur turun setelah di beberapa daerah panen," kata Samik.

Di Ibu Kota Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengumumkan adanya lonjakan harga beras di beberapa pasar di DKI Jakarta. Kenaikan itu mencapai 10 persen. "Di beberapa pasar yang dikategorikan pasar yang merah itu sekarang harga sudah meningkat lebih dari 10 persen," kata dia di Balai Kota, Selasa (9/1).

Politikus Gerindra itu menjelaskan, harga beras awalnya berada di angka Rp 11 ribu per kg. Kini angka itu terus merangkak. Bahkan, di pasar harga itu telah mendekati Rp 12 ribu. Lonjakan ini disinyalir terjadi karena lemahnya pasokan yang diakibatkan oleh aliran distribusi yang tersendat.

Menurut Sandiaga, hal ini akan berdampak sangat negatif. Sebab, kenaikan harga justru terjadi pada beras yang banyak dikonsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah. "Kami tegas perintahkan kepada PD Pasar Jaya untuk memastikan distribusi agar beras itu lancar ke pedagang dan pedagang langsung kepada masyarakat," jelas dia.

Di waktu bersamaan, pengrajin pempek di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluhkan harga ikan giling di pasar tradisional yang naik cukup signifikan. Akibatnya keuntungan pengrajin pempek tergerus.

"Mahalnya harga ikan giling di pasar sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir sehingga mengakibatkan keuntungan pengrajin pempek berkurang," ujar salah seorang pengrajin pempek di Jalan Baru, Pangkalpinang, Rani, Selasa (9/1).

Ia menyebutkan harga ikan ciu naik dari Rp 20 ribu menjadi Rp 35 ribu per kg. Harga ikan pirang naik dari Rp 15 ribu menjadi Rp 30 ribu per kg, sedangkan ikan tenggiri yang harganya biasa Rp 50 ribu menjadi Rp 90 ribu per kg. "Untuk sementara waktu kita tidak memproduksi pempek ikan tenggiri karena harga tinggi dan takut rugi," ujarnya.

Mahalnya harga ikan giling membuat Rani harus mengurangi produksinya karena stok ikan giling di pasaran juga sedikit bahkan kualitas ikan kurang bagus. "Biasanya kita sering stok ikan di kulkas supaya tidak repot lagi ke pasar saat pempek sudah habis tapi sekarang kita tidak berani stok. Kalau pempek sudah habis, jualan kita lanjutkan besoknya lagi dan produksi pempek per hari juga sedikit karena selain mahal, stok ikan giling sedikit," katanya.

Dalam satu hari, biasanya Rani membutuhkan sekitar 20 kilogram ikan giling tapi sekarang hanya sekitar 10 hingga 15 kilogram daging ikan saja karena produksi berkurang. "Perekonomian yang kini sedang lesu dan harga sembako naik membuat pembeli sepi. Biasanya omset yang kita dapatkan per hari Rp 3,5 juta tapi sekarang hanya sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta," katanya.

Pedagang pempek lainnya, Erwin harus menaikkan harga pempeknya seribu supaya hasil daganganya masih tetap untung dan bisa membayar pegawainya sebanyak dua orang. "Terpaksa kita naikkan harga pempek tapi cuma seribu saja karena kalau naiknya terlalu tinggi, bisa-bisa pelanggan kita kabur," katanya.

Ia menyebutkan harga pempek lenjer menjadi Rp 9 ribu dari harga sebelumnya Rp 8 ribu. Pempek kapal selam menjadi Rp 13 ribu dari Rp 12 ribu, pempek kecil dengan berbagai varian dari Rp 1.500 menjadi Rp 2.500 per satuan.

"Harga bahan baku seperti ikan giling mahal dan terbatas sehingga produksi pempek berkurang. Biasanya produksi pempek sebanyak 50 kilogram namun sekarang sekitar 20 hingga 30 kilogram," katanya. Ia berharap nelayan kembali melaut supaya pasokan ikan di Pangkalpinang berlimpah dan harga bisa kembali normal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement