REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Rumah Sakit Singaparna Medika Citra (RS SMC) Kabupaten Tasikmalaya sampai saat ini masih merawat 11 pasien yang membutuhkan pengobatan difteri. RS SMC membutuhkan antidifteri serum (ADS) dan tablet eritromisin dalam jumlah banyak guna menangani pasien difteri.
Kabid Pelayanan RS SMC, Iman Firmansyah mengatakan sesuai prosedur yang ada maka pasien positif difteri sebaiknya diberikan ADS guna mencapai kesembuhan. Sedangkan pasien suspect difteri mendapat tablet eritromisin. Pasokan ADS, kata dia, tengah dikirim untuk stok obat dalam masa KLB difteri di Kabupaten Tasik saat ini.
"Stok ADS ada, hari ini perjalanan dari Bandung dikirim untuk tambahan, jumlahnya enggak tahu rinciannya, tapi suplai saja sebanyak-banyaknya," katanya saat dihubungi Republika, Selasa (9/1).
Ia berharap, pasokan ADS yang diberikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tasik tak mengalami hambatan. Walau memang menurutnya harga ADS tak bisa dibilang murah.
"Perlu ditambah terus, walau mahal ini satu jutaan dan pasokannya pun mesti dikirim dari India," ujarnya.
Di sisi lain, mengenai pencegahan difteri, ia berharap imunisasi massal berupa Outbreak Response Immunitation (ORI) segera dilaksanakan oleh dinkes. Sebab, pihaknya mengkhawatirkan penyebaran difteri kian meluas.
"Ini fenomena gunung es, bisa nyebar di wilayah lain terutama yang enggak dapat imunisasi. Tapi kalau ORI dilaksanakan serentak maka yang suspect belum terjangkit dapat tablet eritromisin itu bisa tertangani. Kami hanya terima rujukan saja, silakan itu pencegahan tugas dinkes dan puskesmas," tuturnya.
Diketahui, RS SMC Tasik masih merawat 11 pasien difteri sejak pertengahan Desember lalu. Satu di antaranya dinyatakan positif atas nama Sri berusia 14 tahun berasal dari Kecamatan Jamanis. Sedangkan, sisanya yang berasal dari Kecamatan Bojong Gambir, Taraju dan Cigalontang berstatus suspect saja. Dari 11 pasien itu, empat di antaranya berusia anak-anak dan sisanya berusia dewasa.