REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) merangkul perguruan tinggi untuk mengembangkan sumber energi kelistrikan. PLN berharap penemuan para akademisi dalam teknologi kelistrikan bisa dipakai PLN dalam menyediakan listrik untuk masyarakat.
Pada Selasa (9/1) kemarin, PLN mengumpulkan belasan akademisi dari sejumlah kampus ternama di Indonesia untuk membahas hal tersebut. Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, ada begitu banyak temuan yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi Indonesia.
Bahkan, kata Sofyan, temuan-temuan tersebut bisa mendukung PLN dalam mempercepat tingkat bauran energi baru dan terbarukan (EBT). "Jadi, EBT kita tidak perlu lagi impor. Itu yang juga diharapkan para akademisi," kata Sofyan kepada Republika seusai acara di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (9/1) sore.
Sofyan mengatakan, PLN siap untuk memakai teknologi yang dibuat perguruan tinggi. Namun, kata dia, PLN dan perguruan tinggi perlu melakukan kajian dan pematangan konsep yang lebih mendalam.
"Langkah ini akan sangat mendukung pengembangan riset universitas. Setidaknya, teknologi mereka ada yang beli," ujar Sofyan.
Mantan dirut BRI tersebut mengatakan, upaya ini juga sesuai dengan slogan "BUMN Hadir untuk Negeri". BUMN, ujar dia, dituntut untuk menjadi agen pembangunan dan pendorong ekonomi Indonesia.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengatakan, IPB siap bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan energi listrik di pulau terpencil. Menurut dia, EBT menjadi solusi di tengah mahalnya biaya penyediaan infrastruktur kelistrikan untuk wilayah terluar.
Arif menjelaskan, salah satu sumber EBT yang bisa dipakai adalah biomassa. "Biomassa lebih murah dibandingkan menggunakan panel surya," kata dia.
Universitas Gadjah Mada (UGM) juga menawarkan pemanfaatan EBT kepad PLN. Dosen UGM yang juga pengamat energi Fahmy Radhi menceritakan, kampusnya telah membuat prototipe integrated farming di beberapa desa di Yogyakarta.
Salah satu program tersebut adalah menghasilkan energi listrik dan gas dari kotoran sapi. "Gas yang kami hasilkan ini sudah dimanfaatkan warga untuk memasak. Bisa juga untuk listrik dengan kapasitas kecil," kata Fahmy.
Selain itu, UGM juga telah mampu menghasilkan temuan energi listrik yang bersumber dari buah busuk. Temuan ini sudah diujicobakan secara terbatas. "Prototipe sudah ada. Yang susah adalah bagaimana untuk menghilirirkan temuan kami," kata dia.