REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengatakan setelah pertama kali bertemu dengan Korea Selatan (Korsel) dalam lebih dari dua tahun, tidak mau membahas persenjataan nuklir dengan Korsel karena persenjataan hanya diarahkan pada Amerika Serikat, bukan "saudara-saudaranya" di Korsel.
Dalam pernyataan bersama setelah melakukan pembicaraan selama 11 jam, Korut berjanji akan mengirimkan delegasi besar ke Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang di Korsel. Namun, Korut menyampaikan keluhan serius setelah Seoul mengajukan usul membicarakan masalah perlucutan senjata nuklir Korut.
Para pejabat kedua negara mengatakan mereka sepakat bertemu lagi guna menyelesaikan berbagai masalah dan mencegah konflik yang tak disengaja. Kesepakatan itu dicapai di tengah ketegangan tinggi menyangkut program Korut mengembangkan peluru kendali nuklirnya, yang mampu mencapai Amerika Serikat. Namun, Pyongyang mengatakan perlucutan senjata tidak akan dibahas dalam pertemuan.
"Seluruh persenjataan kami, termasuk bom atom, bom hidrogen dan peluru kendali balistik hanya ditujukan pada Amerika Serikat, bukan pada saudara-saudara kami, atau Cina dan Rusia," kata kepala tim perunding Korut, Ri Son Gown.
Tayangan televisi yang menampilkan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Seoul, Korsel. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un tahun lalu saling melemparkan ancaman dan cemoohan hingga memunculkan ketegangan di semenanjung Korea. Juru bicara Dewan Keamanan nasional Gedung Putih mengatakan keikutsertaan Korut pada Olimpiade akan menjadi "kesempatan bagi rezim (Korut) melihat nilai di balik tindakan mengakhiri pengucilan internasional dengan melucuti senjata nuklir."
Gedung Putih tidak berkomentar soal Amerika Serikat menjadi satu-satunya target potensial senjata nuklir Korut. Kementerian Penyatuan Korea Selatan mengatakan tetap meyakini hubungan antar-Korea dan serangkaian langkah yang disepakati dalam pembicaraan pada Selasa dapat mengarah pada pembahasan soal penyelesaian mendasar masalah nuklir.
"Kami akan berkoordinasi secara erat dengan Amerika Serikat, Cina, Jepang dan negara-negara tetangga lainnya dalam proses ini," kata kementerian dalam pernyataan.
Kementerian mengatakan Korsel telah meminta Korut menghentikan aksi permusuhan yang dapat memicu ketegangan. Korsel juga mengatakan Korut setuju perdamaian harus dijamin di kawasan.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa bulan lalu sepakat mengeluarkan sejumlah sanksi baru terhadap Korut sebagai tindakan atas uji coba rudal balistik antarkontinen yang dilakukan negara itu. Pyongyang menganggap penjatuhan saksi tersebut sebagai isyarat perang.