Rabu 10 Jan 2018 13:54 WIB

Rencana Donald Trump Kejutkan World Economic Forum

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Presiden Donald Trump.
Foto: EPA-EFE/Michael Reynolds
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Rencana Presiden AS Donald Trump untuk hadir di Davos mengejutkan penyelenggara World Economic Forum (WEF). Ini adalah kali pertama Presiden AS menghadiri forum ekonomi tahunan itu dalam dua dekade terakhir.

Forum tahunan di Swiss yang dihadiri para tokoh ekonomi, miliarder dunia, dan orang-orang berpengaruh itu sendiri sering jadi bahan ejekan Trump. WEF 2018 yang mengusung tema masa depan bersama di tengah perpecahan dunia sendiri nampak kontras dengan retorika Trump selama ini, demikian dilansir BBC, Selasa (9/1).

WEF akan digelar pada akhir Januari 2018 ini. Lebih dari 2.500 tokoh akan hadir di sana termasuk Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Kehadiran Presiden AS dalam forum Davos terbilang tak biasa. Ronald Reagan pernah beberapa kali bergabung di sana, sayangnya melalui video. Bill Clinton pernah hadir di sana pada 2000. Sementara George Bush, baik ayah dan anak tak pernah hadir di sana. Begitu pula dengan Barrack Obama.

Kehadiran Trump di Davos terbilang mengejutkan karena kebijakannya mengarahkan AS pada sistem pintu tertutup. Juru bicara Gedung Putih menyatakan kehadiran Trump ke Davos dalam rangka menguatkan bisnis, industri, dan ketenagakerjaan AS.

Guru Besar Kebijakan Publik AS Johns Hopkins School of Advanced International Studies, Charles Stevenson mengatakan, kehadiran Trump di Davos merupakan respons atas kritik yang menyebut pengaruh AS terhadap dunia mulai luntur dan digantikan Cina. ''Saya melihat ada sisi positif di sana walaupun mengejutkan. Tentu itu akan jadi kesempatan baik bagi AS bila Trump bisa melakukannya dengan benar,'' kata Stevenson.

Saat Steve Bannon masih menjadi penasihat kepresidenan Gedung Putih, Bannon sering menyebut WEF sebagai partai Davos. Istilah yang ia pakai untuk menyebut kelompok orang-orang kaya yang tidak mendukung kepentingan nasional dan kelas pekerja.

Presiden Eurasia Group, Ian Bremmer mengatakan, jika Bannon masih di Gedung Putih, Trump tidak mungkin hadir ke Davos. Apalagi Trump bukanlah sosok ideologis.

Bremmer menilai, kehadiran di Davos akan meredakan dahaga Trump akan pemberitaan dan pencitraan. Namun, perjalanan ini tetap berisiko bagi AS bila Trump enggan berbaur dengan para tamu atau bertindak di luar 'skenario'.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement