REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang penyandang disabilitas, dan juga tergabung dalam Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT), Cucu Saidah mengungkapkan kekecewaannya akan pencabutan larangan sepeda motor melintasi Jalan MH Thamrin-Jenderal Sudirman. Ia mengaku kini makin takut menggunakan trotoar.
"Hambatan yang kami temukan di trotoar itu dengan pengendara motor.Jadi bagi saya, tidak hanya saya tapi teman-teman penyandang disabilitas, yang sudah dari sistem saja kami termarjinalkan, dengan adanya pembatalan ini kami semakin takut," kata Cucu, pada acara Forum Group Discussion Pengaturan Penggunaan Sepeda Motor di Jabodetabek, di Hotel Redtop, Rabu (10/1).
Ia merasa, saat ini pengendara sepeda motor semakin bar-bar. Kini, ia mengungkapkan semakin sulit untuk menggunakan trotoar. "Pengendara semakin barbar, sebagai pengguna kursi roda semakin sulit dimana saya mau berjalan. Saya terus terang takut berhadapan dengan persoalan ketika Pergub ini dibatalkan. Saya menyesal kebijakan yang jelas-jelas ada dampak positifnya bagi masyarakat justru dibatalkan," tambah dia.
Cucu menambahkan pandangannya selama menempuh pendidikan di Australia. Ia merasa menjadi raja di jalanan karena fasilitas bagi penyandang disabilitas terjamin.
"Fasilitas pejalan kaki, kami sangat menjadi raja di trotoar. Motor hanya kami liiat beberapa. Dan denda yang diberlakukan itu tidak hanya pengemudi kendaraan tetapi juga pejalan kaki kalau tidak berjalan di trotoar atau menyebrang tidak pada tempatnya didenda 60 dolar," tutur Cucu.
Saat ini, Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta telah mencabut rambu larangan sepeda motor di kawasan Thamrin-Sudirman. Hal ini mengikuti putusan MA yang mencabut Pergub DKI Jakarta No 195 tahun 2014 mengenai pembatasan lalu lintas sepeda motor.