REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai melawak bisa menyampaikan pesan mempersatukan bangsa. Ia beranggapan selama ini banyak pelawak sukses menyampaikan pesan moral dan menyatukan bangsa.
“Banyak pelawak melucu dengan kualitas tertinggi, menyampaikan pesan mempersatukan bukan menghina yang justru mengganggu persatuan dan kebinekaan,” kata dia kepada Republika, Rabu (10/1).
Dengan demikian, menurut Dahnil, seorang komedian harus melawak untuk mencerahkan dan menggembirakan kemanusiaan, bukan menghina kemanusiaan. Ia meyakini, bahan lawakan komedian menunjukkan kualitas isi kepala pelawak itu.
Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) melaporkan mantan penyanyi cilik Joshua Suherman terkait dugaan penodaan agama, Selasa (9/1). FUIB menilai aksi komedi Joshua melecehkan dan menghina Islam.
Berdasarkan nomor laporan LP/30/I/2018/Bareskrim, Joshua diduga melakukan tindak pidana penistaan agama melalui media elektronik seperti dimaksud dalam Pasal 27 ayat 3, Pasa 28 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang ITE dan atau Pasal 156a KUHP. Pelaporan juga rencananya dilakukan terhadap pelawak Ge Pamungkas. Pada Senin (8/1), Joshua Suherman dan Ge Pamungkas mendatangi LBH GP Ansor.
Terkait bantuan hukum itu, Dahnil menilai siapa saja bisa memberikan pembelaan hukum kepada yang mencari bantuan itu. Kendati demikian, menurut dia, kasus Ge Pamungkas dan Joshua harus menjadi pembelajaran, kita hidup di masyarakat yang majemuk (plural).
“Pluralisme masyarakat itu harus dirawat dengan cara menghormati nilai-nilai yang sakral bagi kelompok lain,” ujar Dahnil.
Ia mengusulkan, Joshua dan Ge Pamungkas meminta maaf pada publik, bukan menantang mereka yang terganggu dengan lawakan murah miskin kreativitas tersebut. Disinggung perlunya batasan lawakan, ia menilai tak perlu ada aturan tertentu bagi pelawak.
“Gak perlu, pelawaknya saja banyak belajar kemajemukan Indonesia,” tutur Dahnil.