Kamis 11 Jan 2018 08:34 WIB

Buldoser Israel Rusak Lahan Pertanian Warga Palestina

Rep: Silvy Dian Setiawan/Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Israel melakukan segala cara untuk mencaplok tanah Palestina, setelah pernah membuldoser sistem irigasi untuk perkebunan Zaitun, kini Israel mempersulit izin petani Palestina untuk menggarap lahan pertanian yang terpisah tembok pembatas di Tepi Barat
Foto: thewe.cc
Israel melakukan segala cara untuk mencaplok tanah Palestina, setelah pernah membuldoser sistem irigasi untuk perkebunan Zaitun, kini Israel mempersulit izin petani Palestina untuk menggarap lahan pertanian yang terpisah tembok pembatas di Tepi Barat

REPUBLIKA.CO.ID, NABLUS -- Pemukim Israel menggunakan buldoser untuk merusak beberapa lahan pertanian milik keluarga Palestina di distrik Madama, kota Nablus, di Tepi Barat yang diduduki pada Rabu (10/1) waktu setempat.

Tentara Israel melakukan intervensi terhadap warga Palestina yang bertindak karena tanah mereka dirusak. Sebanyak lima jurnalis Palestina, termasuk seorang jurnalis Anadolu Agency yang mencoba memotret kejadian tersebut ditahan sementara oleh tentara Israel. Dilansir di Anadolu Agency, Kamis (11/1), fotografer Anadolu Agency Nidal Shtaya mengatakan, tentara menyita kartu pers wartawan dan mencegah mereka memotret kejadian tersebut.

photo
Warga Palestina berusaha memadamkan api yang membakar lahan pertanian akibat ulah pemukim Yahudi

Wali Kota Madama Ehab al-Qad mengatakan tentara Israel menyerang penduduk setempat dengan peluru karet dan gas air mata. "Pemukim Yahudi mencoba merebut tanah-tanah ini, merusaknya dengan buldoser. Kami menyerukan kepada semua institusi hukum, media dan pihak berwenang berpihak kepada orang-orang Palestina melawan pemukim Yahudi yang datang ke sini dan merusak lahan," kata al-Qad.

Insiden tersebut terjadi setelah seorang pemukim Israel ditembak mati pada Selasa (9/1) malam oleh orang-orang bersenjata yang tak dikenal di selatan kota Nablus, Tepi Barat. Ketegangan meningkat di wilayah Palestina sejak 6 Desember ketika Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan tersebut memicu kecaman dan protes dari seluruh dunia Arab dan Muslim.

Sejak saat itu, 12 warga Palestina telah menjadi korban dan ribuan lainnya terluka dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza. Yerusalem tetap menjadi jantung konflik yang abadi di Timur Tengah. Masyarakat Palestina berharap Yerusalem Timur yang dijajah oleh Israel sejak 1967, dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina merdeka di masa depan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement