Kamis 11 Jan 2018 14:16 WIB

Aussie Mengaku Punya Bukti Madu Manuka Bukan dari Selandia

Sarang lebah penghasil madu manuka milik Lindsay Bourke asal Tasmania.
Foto: ABC
Sarang lebah penghasil madu manuka milik Lindsay Bourke asal Tasmania.

REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Produsen madu Tasmania mengaku jika mereka memiliki bukti "madu manuka" sudah diproduksi di pulau mereka sudah bertahun-tahun sebelum Selandia Baru.

Permintaan untuk madu manuka telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, karena dianggap bermanfaat bagi kesehatan dan kosmetik. Perdebatan sengit antara Australia dan Selandia Baru juga meningkat soal siapa yang berhak menyebutnya madu manuka.

Madu ini diproduksi oleh lebah Eropa dari serbuk sari tanaman Scoparium leptospermum, sejenis pohon teh yang berasal dari Australia dan Selandia Baru. Sekelompok produsen madu asal Selandia Baru, tergabung dalam Manuka Honey Appellation Society Inc mencoba mendapatkan hak sertifikasi di pasaran, termasuk Inggris, Cina dan Amerika Serikat. Mereka ingin mencegah madu yang tidak diproduksi di Selandia Baru tidak diberikan label nama 'manuka'.

Madu yang sudah dikemas dan berjejer di rak toko
Produk madu Manuka. Supplied

Pda Desember2017, lembaga UK Trade Mark Registry memutuskan mengakui label "Manuka Honey" sebagai tanda sertifikasi, namun produsen Australia memiliki waktu hingga tiga bulan untuk menggugat keputusannya. Produsen madu di Tasmania, Australia percaya mereka memiliki hak memasarkan madu manuka karena produksi madu pertama kali terdokumentasi di Tasmania.

Pemilik perusahaan Blue Hills Honey, Nicola Charles mengatakan lebah madu Eropa diperkenalkan ke pulau Tasmania dan Australia delapan tahun sebelum ke Selandia Baru. "Di Tasmania kita mendapatkan bukti yang ada dokumennya, di mana di tahun 1884 nama manuka diberikan untuk jenis madu ini," katanya.

"Scoparium leptospermum berasal dari Tasmania kemudian menyebar ke Selandia Baru dan kawasan di bawah negara bagian Victoria, jadi kami merasa ada alasan moral menyebutnya manuka, dan tidak dapat dihilangkan dari pasaran global karena menjadi potensi pemasukan tinggi bagi Australia."

Lebah hinggap di sebuah tumbuhan yang dikenal dengan sebutan manuka
Banyak pihak mempercayai manfaat kesehatan dari madu manuka, meski masih terdapat perdebatan.

Presiden Asosiasi Peternak Lebah di Tasmania, Lindsay Bourke mengatakan madu manuka sangat penting bagi industri madu karena tingginya harga madu bisa membantu produsen lokal tetap bertahan. Menurutnya, kehilangan hak menggunakan nama madu manuka akan memiliki dampak yang besar.

"Gabungan Selandia Baru dan Australia, termasuk Tasmania, tidak dapat menghasilkan madu manuka yang cukup untuk dunia. Kami akan berjuang melakukannya karena semakin banyak orang yang mengenal madu ini. Kita harus bekerja sama dan tidak melawan satu sama lain," kata Lindsay.

Paul Callander dari Asosiasi Madu Manuka Australia mengatakan telah melibatkan pengacara di Inggris untuk membela hak produsen Australia untuk menggunakan nama manuka. Asosiasi tersebut telah mengajukan dana di bawah program perdagangan dan pemasaran dari Departemen Pertanian Australia.

Madu dalam kemasan yang bertuliskan Manuka
Selandia Baru mengaku miliki alasan kuat untuk memberi nama manuka

Flickr: Ryan Merce, CC BY 2.0

"Manuka, bukan hanya madu, tapi juga obat, kosmetik, pelengkap makanan," kata Paul.

Tapi John Rawcliff dari Madu Manuka Madu mengatakan produsen Selandia Baru memiliki hak yang benar untuk mendapatkan sertifikasi. Ia juga membandingkan situasi yang sama dengan anggur yang diproduksi di beberapa wilayah Eropa, seperti Champagne.

"Kemampuan untuk mendefinisikan, membedakan dan menggambarkan apa yang menjadi keunikan atau kekhasan dari daerah kita, menjadi sangat penting bagi pertumbuhan industri madu di negara mana pun," katanya.

Disadur dari laporannya dalam bahasa Inggris di sini

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/tren-kuliner/dari-mana-madu-manuka-berasal/9321786
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement