Kamis 11 Jan 2018 14:46 WIB

Investor Arab Saudi Tertarik Kelola Energi Sampah di Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nur Aini
Alsharif Group Holding yang membawahi Alsharif Energy Company menjajaki investasi energi terbarukan berbahan baku sampah di Bali.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Alsharif Group Holding yang membawahi Alsharif Energy Company menjajaki investasi energi terbarukan berbahan baku sampah di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sejumlah investor dari Arab Saudi dan Turki tertarik menjajaki investasi di bidang pengelolaan sampah dan energi di Bali. Mereka menjumpai Gubernur Bali, Made Mangku Pastika didampingi senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna.

"Pengusaha Arab Saudi dan Turki adalah investor ke-59 yang menjajaki peluang kerja sama di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Suwung," kata Pastika di Kantor Gubernur Bali, Kamis (11/1).

Pastika mengatakan dirinya secara moral ingin selekasnya menuntaskan persoalan sampah di Pulau Dewata. Sayangnya pengelolaan tersebut terus terkendala regulasi nasional yang mematok harga pembelian listrik yang terlalu rendah. "Jadi, kalkulasi ekonominya tidak masuk. Para pengusaha jelas kesulitan untuk balik modal," katanya.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Provinsi Bali sebelumnya mengatakan hasil listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Bali nantinya harus dibeli dengan harga wajar versi pemerintah, berkisar 18,75-22 sen dolar per kilo watt jam (kWh). Harga yang sangat murah ini membuat investor mundur dari proyek infrastruktur energi terbarukan berbahan baku sampah ini.

Persoalan lainnya, kata mantan Kapolda Bali ini adalah tawaran investor terkait pengenaan tipping fee tak disambut positif dari pemerintah kabupaten dan kota yang mengelola TPA terbesar di Bali ini, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita). Tipping fee adalah biaya yang dikeluarkan dari anggaran pemerintah kepada pengelola sampah, berdasarkan jumlah yang dikelola per ton atau satuan volume (m3) sampah.

Chairman of the Board Alsharif Group Holding yang membawahi Alsharif Energy Company, Alsharif Faiz mengatakan perusahaannya telah menjalin kerja sama di berbagai negara di dunia dan sudah berpengalaman selama 35 tahun. Perusahaan yang membawahi lebih dari 1.200 karyawan ini sudah menyelesaikan setidaknya 72 megaproyek. "Kami ingin menjajaki kerjasama di bidang pengelolaan sampah menjadi energi terbarukan di Bali," ujarnya.

Arya Wedakarna menambahkan pengusaha Arab Saudi dan Turki ini sebelumnya telah bertemu dengan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Kerja di Jakarta. Bali saat ini juga tengah membutuhkan investasi di bidang pengelolaan sampah dan energi. "Makanya saya menawarkan mereka berkunjung ke sini untuk menjajaki peluang kerja sama ini," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement