REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, tidak akan ada aksi militer selama negosiasi antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) berlangsung. Dia berharap dialog tersebut akan mebuahkan hasil yang positif.
"Saya harap itu akan membawa kesuksesan pada dunia dan bukan hanya negara kami saja, jadi kita lihat saja nanti," kata Trump saat melakukan dialog dengan Presiden Korsel melalui telepon.
Pernyataan terebut sekaligus membantah akan adanya operasi militer yang akan diluncurkan AS terhadap Korut. Trump tidak memungkiri jika Amerika memang memiliki masalah dengan Korut. Namun negosiasi damai yang tengah dilakukan kedua negara merupakan hal baik yang patut diapresiasi.
Trump juga menegaskan Gedung Putih tak akan segera menemui dan melakukan perbicangan dengan Korut. Dia mengatakan, pertemuan dengan Kim Jong-un akan terjadi jika waktu dan situasi dirasa sudah tepat.
Perundingan damai antara Korsel dan Korut merupakan yang pertama terjadi dalam dua tahun belakangan. Salah satu agenda dalam pertemuan kedua negara itu membahas potensi keikutsertaan Korut dalam ajang Pyeongchang Winter Olympics di Korsel.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.
Meski demikian, perbincangan juga dapat berbuntut pada pelucutan rudal dan nuklir Korut serta stabilisasi di Semenanjung Korea. Korsel sebelumnya mengatakan jika denuklirisasi Korut merupakan hal yang harus dilakukan.
Namun, Presiden Kim Jong-un mengatakan persenjataan nuklir mereka hanya diarahkan ke Amerika saja. Rudal tidak membidik saudara sesama Korea, Rusia atau Cina yang telah menunjukan terobosan diplomasi ditengah krisis.
Sementara, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyambut baik pembicaraan antar Korea. Perbincangan tersebut dinilai dapat membangun kepercayaan kedua negara. Mereka berharap, dialog keduanya akan dapat mengurangi ketegangan dan mengarah pada denuklirisasi di Semenanjung Korea.