REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Buku karya Michael Wolff 'Fire and Fury' yang menggambarkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapatkan banyak kritikan, namun juga mendapatkan pujian luar biasa di sisi lain. Media pemerintah Korea Utara (Korut) mengatakan, popularitas buku tersebut meramalkan kematian politik Trump.
Buku itu memberi lebih banyak amunisi negara terisolasi itu yang telah melakukan perang propaganda dengan Presiden Trump. "Buku anti-Trump menyebar di seluruh dunia sehinggaTrump dihina besar-besaran di seluruh dunia," kata sebuah komentar yangdilaporkan surat kabar Rodong Sinmum yang dijalankan oleh partai berkuasa, Partai Pekerja.
Buku ini telah terjual dengan sangat baik di AS. Sebanyak 29 ribu sampul tebal pada akhir pekan pertama terjual. Pengecer bahkan mengalami kesulitan menyimpannya sebagai persediaan. Penjualan digital dan audio mencapai 350 ribu salinan. Sedangkan salinan bajakan buku ini juga sudahberedar secara daring di Asia.
Rodong Sinmun mengaatakan, angka penjualan tersebut tidak mengejutkan, mengingatpermusuhan dunia terhadap Trump yang telah meremehkan pemimpin negaratersebut, Kim Jong-un. Kim selalu diejek Trump dengan dipanggil sebagai 'LittleRocket Man' dan menyarankan agar tombol nuklir miliknya (dibuat) sangat kecil.
Suara yang menyerukan pemakzulanTrump terus meningkat tidak hanya di AS tapi juga di luar negeri. Sejak buku ini diterbitkan, telah memicu perdebatan mengenai apakah Trump memenuhi syarat untuk menjadi presiden, bahkan di Eropa dan Barat.
Trump telah mencemooh buku dan penulisnya. Ia juga telah mengancam tindakan hukum untuk menghentikan penerbitannya. Peringatan itu ditujukan kepada penerbit Henry Holt and Company.
Buku tersebut menggambarkan Trump yang lalai, dikelilingi oleh para pembantunya yang meremehkan kecerdasan dan kemampuannya. Pemerintah Trump telah mencapbuku itu hanyalah tablid gossip yang penuh fantasi.