REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Seorang warga Mataram berusia 25 tahun berinisial I ditangkap aparat kepolisan daerah (Polda) Nusa Tenggara Barat (NTB). Pria ini melakukan tindak pidana ITE yang melanggar kesusilaan, penghinaan, dan pencemaran nama baik melalui media sosial (medsos) dengan korban anak-anak di bawah umur.
Melalui akun Facebook dan Blackberry Messenger (BBM), pria yang berprofesi sebagai wiraswasta itu melancarkan modus bejatnya dengan meminta anak-anak di bawah umur mengirimkan foto-foto telanjang lewat BBM.
Direskrimsus Polda NTB Kombes Pol Syamsuddin Baharuddin mengatakan, pengungkapan kasus ini bermula dari adanya laporan orang tua korban yang khawatir adanya ancaman bahwa foto-foto tersebut akan disebarkan di media sosial.
Syamsuddin menyampaikan, kejadian ini bermula pada Juli 2016. Saat itu tersangka mengirimkan permintaan pertemanan di BBM kepada korban dengan inisial A yang berusia 16 tahun dan diterima.
Berselang dua pekan, tersangka meminta A mengirimkan foto-foto pornonya dan dipenuhi hingga dikirim 14 foto bermuatan porno tersebut. Satu pekan kemudian, tersangka mengajak korban bertemu untuk melakukan hubungan suami-istri.
"Apabila menolak, I akan menyebarkan foto-foto tersebut ke media sosial. Karena takut, A langsung menghapus kontak BBM si I," ujar Syamsuddin saat jumpa pers di Ruang Rapat, Ditreskrimsus Polda NTB, Jumat (12/1).
Sekitar 14 bulan kemudian, tiba-tiba tersangka mengirimkan 14 foto yang bermuatan porno tersebut melalui inbox pada Facebook milik korban. Harapannya, korban mau memenuhi hasrat birahinya dengan ancaman fotonya akan disebar jika menolaknya.
Syamsuddin mengatakan, tim Cyber Crime Polda NTB langsung bergerak melakukan pemantauan selama tiga pekan. Hingga pada Kamis (11/1) si pelaku menjemput korban dan langsung diamankan aparat kepolisian. Berbagai barang bukti berhasil diamankan seperti telepon genggam, kartu provider, kartu memori, dan akun Facebook yang bernama Arya Wang Bang Pinatih.
Saat ini, tersangka sedang menjalani pemeriksaan di Mapolda NTB. Dari hasil penyidikan, lanjut Syamsuddin, tersangka mengakui perbuatannya. Tidak hanya satu, melainkan ada tiga anak-anak di bawah umur lainnya yang mengalami modus tersangka. "Empat korban belum disetubuhi, hampir, baru satu yang sudah ditemui dia, dijemput korban di rumahnya, tapi keburu kami tangkap," jelasnya.
Polda NTB menggandeng Lembaga Perlindungan Anak (LPA) hingga psikolog untuk memeriksa kejiwaan tersangka. Syamsuddin menilai, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, motif tersangka melakukan ini untuk memuaskan hasrat birahinya. Tersangka terancam pidana selama enam tahun dengan denda sebesar Rp 1 miliar.
Syamsudin menambahkan, Polda NTB juga akan berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika NTB untuk memblokir akun-akun yang diduga melakukan dan menyebarkan pornografi.