REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil riset Institut Ilmu Alquran menginformasikan, masih banyak penduduk Muslim di Indonesia yang buta aksara Alquran. Untuk mengatasi permasalahan ini, lembaga pengajaran dan masjid-masjid disarankan mengadakan pengajaran untuk memberantas buta aksara Alquran.
"Berarti masih banyak orang tua yang tak peduli dengan kemampuan baca dan belajar Alquran," kata Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis kepada Republika, Jumat (12/1).
KH Cholil mengatakan, para orang tua marah kalau anaknya tidak bisa Matematika atau Bahasa Inggris. Tapi tidak menjadi keresahan manakala anaknya tidak bisa baca Alquran. Terbukti menurut survey, 65 persen penduduk Muslim Indonesia tidak bisa baca Alquran.
"Karenanya saya mendorong agar lembaga pengajaran dan masjid di kantoran dan masyarakat untuk membuka layanan berantas buta Alquran," ujarnya.
Ia menerangkan, Yayasan Investa Cendedikia Amanah mengasuh pendidikan pesantren di Kali Mulya, Depok, Jawa Barat. Yayasan tersebut juga memberi pelatihan sistem belajar baca Alquran cepat kepada guru-guru di Jabodetabek.
KH Cholil yang juga sebagai pembina Yayasan Investa Cendedikia menjelaskan, yayasan yang dibinanya bekerja sama dengan PT Pegadaian dan BNI Syariah untuk Berantas Buta Quran (BBQ). "Dengan cara mengirim guru ngaji ke tempat-tempat pemberantasan Buta Baca Quran, rumah singgah dan anak-anak jalanan," ujarnya.