REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eksodus imigran dari Timur Tengah ke Benua Eropa akibat krisis di beberapa negara Mus lim mengundang pro kontra dari negara-negara Barat. Suara penolakan datang dari segelintir politisi dan masyarakat konservatif. Pada umumnya, mereka takut jika kedatangan para pengungsi Arab akan memicu teror.
Meski demikian, tidak sedikit yang mendukung kedatangan para imigran ke negaranya. Banyak gereja bahkan menggelar spanduk selamat datang bagi para pengungsi. Jika melihat kembali sejarah, da tang nya para imigran ke Eropa sebenarnya bisa dibilang pulang kampung.
Manshur Abdul Hakim dalam bukunya Bangsa Romawi mengungkapkan, para sejarawan Arab dan banyak referensi dari ahli kitab menyebutkan bangsa Romawi berasal dari keturunan Esau bin Ishaq bin Ibrahim. Ketika itu, Nabi Ishak melahirkan dua anak lelaki, yakni Esau dan Yaqub. Esau dikenal juga dengan nama Easo. Dia dikenal denga sebutan Abu Ar-Ruman atau nenek moyang bang sa Romawi dan Yunani kuno. Me reka adalah orang-orang Eropa, Ame rika, Australia, Kanada, dan semua keturunan Eropa.
Sementara, keturunan Nabi Yaqub AS dikenal dengan nama Israel. Ada 12 putra yang menjadi keturunan langsung Nabi Yaqub, di antaranya Nabi Yusuf. Ada juga nabi Bani Israel, seperti Musa, Zakariya, Yahya, dan Isa bin Maryam. Al Hafizh Ibnnu Katsir menjelaskan dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah jika ahli kitab menyebutkan ketika Ishaq menikah dengan Ribka putri Betuel, dia ternyata mandul hingga usia ke-40. Ishaq pun mendoakannya agar memiliki anak lelaki kembar. Esau dan Yaqub merupakan anak lelakinya.
Menilik dari studi yang dipublikasikan Akademi Nasional Amerika, para petani Timur Tengah bermigrasi ke Benua Ero pa pada 10 ribu tahun lalu. Riset ini disebutkan menggunakan teknologi komputer dan berbagai informasi genetik. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sistem yang memungkinkan teknologi pertanian memasuki wilayah tersebut.
Studi ini menyatakan peristiwa yang terjadi tidak hanya terfokus pada penyebaran pemikiran semata. Disimpulkan jika ada gerakan kolektif penduduk yang bermigrasi ke Eropa dan bergabung atau bersinergi dengan penduduk setempat dalam mengumpulkan hasil-hasil pertanian. Para arkeolog pun berkeyakinan jika pertanian mulai ada dari Timur Tengah. Kemudian berkembang ke Ero pa pada tahun kedelapan SM.
Para ilmuwan kemudian melakukan analisis dan berbagai riset terhadap gelombang-gelombang genetik yang terjadi pada kromosom-kromosom. Ini dikenal dengan nama kromosom jantan yang terdapat dalam DNA dari anak-anak orang tuanya. Mereka mempelajari seintensif mungkin berbagai perubahan ge netik yang langka. Diyakini, perubahan ini terjadi hanya satu kali sepanjang sejarah manusia.
Mereka pun berkesimpulan jika 50 persen gen yang diwarisi orang-orang Eropa kontemporer berasal dari para petani awal yang bermigrasi dari Timur Tengah. Para arkeolog menyatakan bah wa pertanian telah menyebar dari Timur Dekat menuju utara dan barat Eropa.
Sejumlah ilmuwan menyatakan, orangorang Eropa mewarisi generasi Timur Dekat dengan berbagai nasab. Misalnya saja, di Yunani dan Balkan. Seseorang mewarisi 70 hingga 100 persen genetik da ri para petani Timur Tengah. Akan te tapi, jumlahnya menyusut di Prancis dan Inggris. Mereka hanya mewarisi genetik yang rendah hingga sekitar 10 persen.
Penelitian para ilmuwan Jerman yang dipublikasikan dalam Jurnal Netcher pun mengungkapkan, bangsa Eropa paling tidak berasal dari tiga nenek moyang yang berbeda. Mereka adalah para pemburu dari Eropa Barat, para petani awal (Timur Tengah) dan penduduk utara Eurasia (Eropa-Asia) yang memiliki hubungan dengan penduduk asli Eropa.