REPUBLIKA.CO.ID, PARIMOU -- Panen padi tiada henti di Kabupaten Parimou, Sulawesi Tengah sebulan belakangan membuat kabupaten ini surplus beras. Pedagang beras dari daerah tetangga pun banyak berdatangan memborong hasil panen. "Mereka rebutan membeli sehingga harga ikut terkerek," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Parimou Nelson Metubun, Jumat (12/1).
Menurutnya, Parimou ibarat Pantura di Pulau Jawa yang dikenal sebagai lumbung pangan. Sehingga menjadi pusat perhatian banyak pihak dari swasta hingga pemerintah pusat. "Sukses ini tentu membawa konsekuensi, kami diminta mempertahankan hasil tahun lalu bahkan melampaui," kata Nelson.
Pihaknya menyanggupi kembali terulangnya surplus beras setelah kendala yang masih dialami petani bisa diatasi. "Panen berlimpah membuat lokasi pengeringan terbatas, kami butuh mesin pengering bila target produksi kami ditambah," kata Nelson.
Menurutnya, banyak petani yang tersebar di empat desa yakni Desa Kotaraya Timur, Kotaraya Tenggara, Kotaraya Selatan dan Ogotion khawatir turun hujan sebelum padi yang dijemur siap digiling. Menurut kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi, Parimou beruntung telah mendapat combine harvester hampir di setiap kecamatan tahun lalu sehingga dapat panen cepat. Namun, bila mereka diminta menggenjot tanam kembali maka dibutuhkan mesin tanam yang juga cepat. "Mereka butuh aplikator jarwo seeder," kata Dedi.
Jarwo seeder tersebut dapat digunakan untuk menanam varietas Ciherang dan Mekongga yang merupakan varietas favorit petani Parimou.