REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Gerakan Edukasi 111 bersama dengan Lembaga Kesehatan mengadakan bakti sosial di Kampung Bayam, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Salah satu bakti sosial yang dilakukan adalah penghapusan tato bagi warga Kampung Bayam.
Penghapusan tato tersebut bekerja sama dengan Yayasan Gerak Bareng. Yayasan tersebut telah memulai misi mereka untuk membantu masyarakat menghapus tato sekitar enam bulan yang lalu.
Salah satu relawan yang hadir di Kampung Bayam adalah Wankie. Awalnya, gerakan tersebut diinisiasi oleh rekannya bernama Ahmad Zaki. Yayasan Gerak Bareng bersama dengan Komunitas Punk Muslim memulai membantu masyarakat yang ingin berhijrah menjadi lebih baik namun masih memiliki tato di tubuhnya.
"Ada cerita dia bertato mau sholat, bukannya didorong untuk sholat tapi malah didorong buat jagain sandal," kata Wankie, saat ditemui Republika.co.id di Kampung Bayam, Jumat (12/1).
Masyarakat di Kampung Bayam, banyak yang memiliki tato. Namun, banyak dari mereka yang merasa ingin menjadi orang yang lebih baik sehingga ingin menghapus tatonya. Adanya penghapusan tato gratis ini diapresiasi oleh para masyarakay terutama anak muda.
"Saya mau menghapus tato karena ingin jadi manusia yang lebih baik," tutur salah satu warga bernama Yehezkiel (22), di tempat yang sama.
Alasan lain mereka ingin menghapus tato juga karena ingin mempermudah dalam mencari kerja. Menurut pengakuan salah sati peserta, ia pernah dipecat karena memiliki tato.
Metode hapus tato yang dilakukan Wankie dan kawan-kawan adalah dengan laser. Pihaknya juga akan mendampingi sampai tato yang dimiliki peserta benar-benar hilang.
"Insyaallah, akan kami dampingi sampai tatonya hilang," kata Wankie menegaskan.
Selain hapus tato, bakti sosial yang dilakukan Gerakan Edukasi 111 dan Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan juga memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut ditujukan oleh seluruh warga yang membutukan.
Bakti sosial yang diketuai oleh Neno Warisman ini diharapkan dapat terus dilakukan selama sebulan sekali. Targetnya adalah masyarakat Jakarta yang termarginalkan.