REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Garda 212 Ustaz Ansufri Idrus Sambo memberikan pernyataan sikapnya terkait kekecewaan La Nyalla kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dalam pernyataan sikapnya, Sambo menyatakan tiga poin penting.
Poin pertama adalah keberatan atas ucapan La Nyalla yang membawa-bawa nama Presidium Alumni 212. "Saya menyayangkan pernyataan itu yang ikut bawa alumni 212 atas kegagalan beliau yang tidak dicalonkan Gerindra," papar Sambo di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1).
Menurut dia, kekecewaan itu hanyalah urusan pribadi La Nyalla dengan Partai Gerindra atau Prabowo, dan tidak ada kaitannya dengan 212. Meskipun La Nyalla merupakan alumni 212, namun ia tidak bisa membawa-bawa 212 sebagai pencalonan gubernur Jawa Timur.
Poin kedua, Ustaz Sambo mengimbau kepada para alumni 212, khususnya beberapa petinggi presidium 212 yang mengatasnamakan alumni 212 untuk dukung pencalonan beberapa proses pilkada serentak ini.
Sebagai pribadi, lanjut Sambo, ia menghargai. Namun, kalau sudah ditolak atau tidak diterima, mereka harus terima dan tidak mengungkit banyak hal. "Sebagai pribadi itu hak, tapi kalau ditolak alumni 212 jangan dibawa atau dibenturkan dengan partai itu kalau memang nggak diterima oleh partai," tutur dia..
Dan ketiga, Sambo mengklaim kalau Presidium Alumni 212 tidak berkecimpung di dalam dunia politik. Kalaupun ada yang meminta bantuan dari alumni untuk maju itu adalah hak pribadi.
"Itu hak pribadi, tapi nggak boleh atas namakan alumni 212, karena politik kami politik tingkat tinggi bukan praktis untuk bela kepentingan umat. Contohnya Di DKI menangkan gubernur muslim," kata dia.
Sambo mengungkapkan rasa kesalnya atas pernyataan La Nyalla yang membawa-bawa nama Presidium Alumni 212. La Nyalla mengaku kecewa dengan Gerindra tak menjalankan amanah yang diberikan Presidium Alumni 212 untuk mengusungnya sebagai cagub di Pilgub Jatim 2018.
"Kami adakan konpers ini karena sudah banyak yang nanya, dan juga sebagai alumni 212. Bapak La Nyalla, membawa-bawa 212. Kami merasa berkepentingan memberi klarifikasi, karena kami lihat pernyataan itu melenceng dan di luar konteks," jelas Sambo.
Ia menyebutkan, dirinya juga banyak terlibat dan mengetahui proses bagaimana pengajuan penyalonan bupati atau gubernur kepada parol pendukung 212. Bahkan, ia juga mengetahui proses mengapa Gerindra memilihGus Ipul dan Puti Soekarno dalam Pilgub Jatim 2018.
Untuk diketahui, isu ongkos politik ini kembali mencuat setelah La Nyalla 'bernyanyi' bahwa dirinya diminta mahar politik oleh Prabowo dalam pencalonannya sebagai cagub Jawa Timur. Prabowo, kata La Nyalla, meminta uang untuk saksi pilgub Rp 40 miliar.