Sabtu 13 Jan 2018 18:05 WIB

OIAA Cabang Indonesia Ingin Mantapkan Islam Wasatiyyah

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi
Foto: Republika/ Muhammad Nursyamsyi
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia dan Pusat Studi Alquran (PSQ) menyelenggarakan tabligh akbar di Masjid Bayt Alquran, Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Tabligh akbar tersebut bertema Membangun Optimisme Umat di Tahun 2018.

Wakil Direktur Pusat Studi Alquran, Muchlis M Hanafi mengatakan, ini pertemuan informal alumni Al-Azhar karena pertemuan formal sudah diselenggarakan pada Oktober 2017 di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pertemuan kali ini dihadiri sekitar 200 alumni dari berbagai daerah. Seperti dari Langsa, Medan, Madura dan lain-lain. Bahkan ada yang datang dari Kairo, Mesir.

"Ini menunjukan antusiasme kawan-kawan alumni Al-Azhar bersama Tuan Guru Bajang (Muhammad Zainul Majdi) untuk memantapkan moderasi Islam, pemahaman keagamaan yang kita sebut sebagai wasatiyyah, wasatiyyah diharapkan dapat merawat kebhinekaan Indonesia," kata Muchlis kepada Republika di Pondok Pesantren Bayt Alquran, Tangerang Selatan, Sabtu (13/1).

Muchlis yang juga sebagai Sekretaris Jenderal OIAA Cabang Indonesia menerangkan, ada alasan mengapa pertemuan ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Bayt Alquran. Dua tahun yang lalu Grand Syeikh Al-Azhar Ahmad Tayyib berkunjung ke Indonesia untuk menandatangani prasasti.

Kemudian, gedung Pondok Pesantren Bayt Alquran diberi nama oleh Grand Syeikh sebagai Pusat Studi Alquran Al-Azhar. Saat menandatangani prasasti, Syeikh Tayyib juga berpesan kepada alumni Al-Azhar di Indonesia. "Agar memasyarakatkan Islam dengan Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah versi Asy'ariyah, karena Ahlus-Sunnah model Asy'ariyah inilah yang bisa merawat keragaman," ujarnya.

Muchlis yang juga Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Kementerian Agama RI menjelaskan, salah satu metode Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah versi Asy'ariyah memadukan antara teks dengan akal, dalam rangka memfungsikan akal. tentu dalam Islam harus mempertimbangkan sesuatu seperti realitas masyarakat yang ada dan lain sebagainya. Dia menegaskan, tidak tekstual, tetapi juga tidak liberal.

Ia melanjutkan, Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah versi Asy'ariyah tidak gampang mengkafirkan orang. Jadi tidak mengkafirkan orang yang sholatnya masih menghadap kiblat yang sama. Inilah pesan Syekh Tayyib supaya alumni-alumni Al-Azhar memasyarakatkan pemahaman keagamaan dan keislaman yang Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah.

"Ini sebenarnya kita ingin mengingatkan kembali apa yang disampaikan oleh guru-guru kita di Al-Azhar, supaya saat berdakwah bisa mengembangkan dan melahirkan apa yang sudah dilakukan di Al-Azhar," terangnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement