REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Alumni (PA) 212 menyampaikan lima hal terkait kisruh kandidat cagub Jatim La Nyalla Mattalitti yang gagal maju. Salah satunya, sikap resmi PA 212 terhadap perhelatan politik nasional baik 2018 ataupun 2019 akan ditentukan dalam musyawarah ulama dan pengurus PA 212 pada Mukernas akhir Januari 2018 serta arahan dari Habib Rizieq Syihab.
Dalam surat terbuka yang disampaikan Ketua PA 2012, Slamet Maarif, disebutkan bahwa alumni 212 boleh berpolitik namun tetap menunggu arahan Habib Riziek. Slamet menulis, saat ini Presidium Alumni 212 tidak pernah merekomendasikan nama untuk dicalonkan dalam Pilkada 2018.
Mereka hanya menghimbau dan mengharapkan koalisi partai 212 (PKS, PAN, Gerindra dan PBB) tetap solid dan tidak berkoalisi dengan partai pendukung penista agama dan Perppu ormas. "Umat Islam harus jaga persatuan," demikian tulis Slamet dalam surat terbukanya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (13/1).
PA 212 juga menyatakan keberatannya atas sikap La Nyalla yang membawa-bawa alumni 212 saat menyerang Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. La Nyalla mengaku diminta mahar politik sebesar Rp 40 miliar demi pencalonannya sebagai kandidat cagub Jatim.
Slamet menulis sehubungan dengan adanya polemik dari pertemuan antara La Nyala dengan beberapa anggota Presidium Alumni 212, PA 212 menegaskan pertemuan tersebut tidak ada hubungan dan kaitannya dengan Presidium Alumni 212.
"Bahwa Presidium Alumni 212 tidak terlibat, tidak bertanggung jawab, dan tidak ikut campur dalam agenda politik praktis partai," kata Slamet.
Baca Juga: Kala La Nyalla Bongkar Uang Mahar Prabowo