REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI --Irak bersama Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Oman meminta OPEC dan sekutunya untuk tetap menekan suplai minyak seperti yang telah disepakati hingga akhir 2018. Meski, harga minyak menunjukkan perbaikan.
Sejauh ini, dikuranginya pasokan minyak oleh OPEC dan negara produsen minyak lainnya berhasil menstabilkan harga minyak. Menteri Energi Irak, Jabbar al-Luaibi, mengatakan, Irak mendukung keputusan OPEC untuk tetap menjalankan komitmen pembatasan produksi minyak, demikian dilansir Bloomberg, Sabtu (13/1).
OPEC dan negara-negara produsen minyak lainnya pada November 2017 lalu sepakat untuk membatasi produksi minyak hingga akhir 2018. Efek langkah ini sudah mulai terlihat dengan naikknya harga minyak ke level 70 dolar AS per barel pada pekan lalu.
''Indikasi harga mulai membaik jadi produksi mulai dinaikkan adalah penilaian keliru. Kami tidak setuju dengan konsep seperti itu,'' kata al-Luaibi.
Al-Luaibi berharap dinamika ini akan berlanjut di 2018. Karena itu, komitmen menahan produksi minyak ini harus dilanjutkan karena pasar minyak dunia masih mencari titik seimbang.
Irak sendiri menyatakan akan mengurangi pasokan minyak ke pasar dunia karena mereka tengah fokus membangun kembali diri mereka. Namun, Irak tak sepenuhnya mengurangi produksi hingga pertempuran dengan kubu Kurdi pecah pada Oktober 2017.
Menteri Energi UEA Suhail al-Mazrouei mengatakan, UEA melihat OPEC nampaknya belum akan mengubah kebijakan dengan membaiknya harga minyak dalam jangka pendek ini. Ia mengajak OPEC tidak langsung panik melihat harga minyak sudah menyentuh harga 69-70 dolar AS per barel.
Mempertahankan komitmen OPEC merupakan konsensus. Namun, beberapa anggota OPEC seperti Iran mengkhawatirkan rencana AS menaikkan produksi minyak domestiknya. AS menargetkan produksi minyak mereka akan mencapai lebih dari 10 juta barel per hari mulai bulan depan.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Energi Qatar Mohammed bin Saleh al-Sada menyarankan agar pengembalian stok minyak melihat rangkaian data selama lima tahun belakangan. Harga minyak di Brent mencapai 70,05 dolar AS per barel pada Kamis (11/1) lalu. Penguatan harga minyak ini merupakan efek langkah OPEC dan Rusia dan Oman memangkas produksi minyak mereka.
Oman yang merupakan produsen minyak terbesar di luar OPEC juga ikut memangkas produksi minyaknya. Oman bahkan berencana menurunkan lagi jumlah produksi minyak mereka hingga akhir tahun ini.
''Tentu gila bila kita menambah pasokan 10 persen dan harus kehilangan pendapatan sampai 40 persen. Itu yang kita lakukan pada 2014 lalu,'' kata Menteri Energi Oman Mohammed al-Rumhy.