Ahad 14 Jan 2018 14:11 WIB

Garda 212, Muncul karena La Nyalla atau Ada Tujuan Politik?

Pengunjung melintas di lapangan Monumen Nasional Pasca Aksi Reuni 212 di Jakarta, Sabtu (2/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pengunjung melintas di lapangan Monumen Nasional Pasca Aksi Reuni 212 di Jakarta, Sabtu (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahma Sulistya, Fergi Nadira B

Nama Garda 212 tiba-tiba muncul dalam kancah perpolitikan nasional di tengah gelombang serangan La Nyalla Mattalitti kepada Prabowo Subianto. Garda 212, yang pimpinannya merupakan alumni aksi 212, juga muncul di saat pentas pilkada serentak sudah berjalan dan proses pilpres akan dimulai.

Beragam pertanyaan publik muncul atas kelahiran Garda 212 ini: apakah karena terkait pengakuan La Nyalla yang diminta uang mahar politik Rp 40 miliar oleh Prabowo, atau ada tujuan politik lainnya? Sebab, sebelumnya ada organisasi Presidium Alumni 212 dan Koperasi 212.

Ketua Umum DPP Garda 212, Ustaz Ansufri Idrus Sambo, mengungkapkan Garda 212 ini memang baru dideklarasikan, yakni pada Sabtu (13/1). Awal pembentukannya, kata Sambo, banyak alumni 212 ini yang geram dengan pernyataan mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla akibat gagal maju pada Pilgub Jatim 2018.

"Para alumni 212 membentuk Garda 212 untuk mencegah klaim sepihak (dalam politik pilkada) seperti yang dilakukan La Nyalla," ungkap Sambo di Jakarta, Sabtu (13/1).

La Nyalla secara lugas menyampaikan permintaan uang mahar politik oleh Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra, terkait pencalonannya sebagai cagub Jawa Timur. Prabowo, kata La Nyalla, meminta uang Rp 40 miliar.

Pada versi lain, La Nyalla juga bilang kalau Prabowo meminta hingga Rp 200 miliar. Versi La Nyalla lainnya lagi ia mengaku jika ada oknum Gerindra yang meminta uang hingga Rp 170 miliar.

Sambo menyayangkan nyanyian La Nyalla ini karena disampaikan secara sepihak dan faktanya memang tidak benar. Karena itu, sambung dia, alumni 212 mencoba meluruskan isu ini dengan langsung mendatangi Prabowo di kediamannya di Hambalang, Jawa Barat.

Jelas sekali, kata Sambo, Prabowo sama sekali tidak mensyaratkan mahar politik seperti yang dituduhkan la Nyalla. Contoh-contoh cagub lain telah membuktikan jika Gerindra dan Prabowo tidak pernah meminta mahar politik. Belajar dari kasus La Nyalla ini kemudian muncullah Garda 212.

Lebih jauhnya, Sambo menjelaskan Garda 212 memiliki tujuan-tujuan politik juga. Garda 212 ini akan menjembatani para alumni 212 yang ingin berkecimpung dalam dunia politik praktis.

Ada proses internal Garda 212 sebelum mengajukan calon-calon ini ke beberapa partai yang selama ini memiliki hubungan erat dengan alumni 212. Partai-partai itu antara lain PKS, PAN, Gerindra, dan PBB.

Para calon akan diseleksi, disaring, dan baru diajukan. "Setiap daerah pemilihan hanya akan direkomendasikan satu calon dari Garda 212," kata Sambo.

Garda 212 akan memperhitungkan kapasitas, integritas, dan elektabilitas para calon ini. Dengan begini alumni 212 bisa memiliki kendaraan politik untuk dapat membela kepentingan umat yang lebih luas.

Perjuangkan kader Muslim

Sekjen Garda 212, Ustaz Hasri Harahap, mengungkapkan, tujuan dibentuknya Garda 212 ini untuk perjuangan umat Islam. Garda 212 ingin memperjuangkan kader-kader Muslim agar dapat tempat di DPR.

Garda 212 akan menjadi wadah yang menghimpun alumni 212 yang ingin langsung terjun dalam dunia politik praktis. Apalagi, Indonesia sudah memasuki tahun politik, yakni pilkada serentak 2018 dan pilpres 2019.

Pada 2018, bagi alumni yang ingin mencalonkan diri, Garda 212 sudah menutup untuk kepala daerah sejak 10 Januari 2018. Kini, kata Hasri, Garda 212 menyiapkan untuk pilpres dan pileg 2019, untuk memilih siapa alumni-alumni 212 terbaik yang datang ke Jakarta ataupun mereka yang menyokong di daerah-daerah.

Garda 212 akan merekomendasikan calon-calon yang memenuhi kriteria dengan syarat sudah dikenal di daerah masing-masing. Mereka pun memiliki biaya untuk memenangkan dirinya di daerah.

Gerakan 212 telah muncul sebagai gerakan sosial-politik-ekonomi yang tidak lagi bisa diabaikan oleh banyak kalangan. Pada basis ekonomi, alumni 212 secara gotong royong telah membentuk Koperasi 212 yang kini mulai bertebaran dengan nama 212 Mart dan lainnya. Mereka juga sudah memproduksi barang-barang kebutuhan dasar.

Sikap politik dan suara para alumni dan simpatisan 212 akan mempengaruhi situasi politik pada pilkada 2018 dan pilpres 2019. Sebagai sebuah kekuatan baru yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan, gerakan 212 ini cukup efektif sebagai kelompok penyeimbang, kelompok penekan, maupun kelompok yang memberikan pengaruh.

Baca Juga: Garda 212: Prabowo tak Minta Mahar, tapi 3 Syarat Ini

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement