REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengatakan, pada Ahad, bahwa pihaknya telah menghancurkan sebuah terowongan serangan lintas batas yang membentang dari Gaza ke Israel dan Mesir. Terowongan tersebut digali oleh Hamas.
Warga di Gaza mengatakan, jet-jet Israel mengebom sebuah daerah di sebelah timur kota selatan Rafah, perbatasan Mesir dan Israel, pada Sabtu malam. Israel segera menkonfirmasi serangan tersebut, namun tidak memberikan rincian sampai Ahad (14/1).
"Kami memahami ini adalah terowongan teror karena berada di bawah fasilitas strategis karena ada jaringan pipa gas dan bahan bakar, serta tempat tentara melintas," ujar Juru Bicara Militer Israel Kolonel Jonathan Conricus.
Menurut Conricus, terowongan tersebut juga bisa menjadi jalur perpindahan kelompok ekstrimismedari jalur Gaza ke Mesir untuk menyerang Israel dari Mesir. Namun, Hamas belum menyampaikan komentarnya terkait klaim Israel ini.
Conricus mengatakan, terowongan yang dihancurkan tersebut digali oleh operasi kunci Hamas dan berjarak 1,5 km dengan kedalaman 80 meter di bawah perbatasan Kerem Shalom yang melintasi Israel dan ke Mesir. "Ini jelas suatu kemungkinan bahwa sebuah serangan sudah dekat," kata Conricus.
Kerem Shalom merupakan jalur utama untuk barang-barang yang memasuki Gaza, ditutup pada Sabtu sebelum serangan Israel.
Ketegangan meningkat di kawasan ini Sejak Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Warga Palestina di Gaza telah meluncurkan 18 roket lintas batas atau mortir dan 15 pemrotes dan dua orang terbunuh oleh tembakan Israel.
Eskalasi bisa dengan mudah terjadi, meski kedua belah pihak telah memberi isyarat bahwa mereka tidak menginginkan hal itu terjadi. Selama perang Gaza terakhir pada 2014, Hamas telah menggunakan belasan terowongan.
Militer Israel mengatakan, telah menghancurkan tiga terowongan tersebut dalam dua bulan terakhir. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, terowongan itu adalah infrastruktur utama milik Hamas di Jalur Gaza. "Hamas harus mengerti bahwa kami tidak akan membiarkan serangan ini berlanjut dan kami akan meresponsnya dengan kekuatan yang lebih besar lagi," katanya.
Israel telah membangun sebuah dinding bawah tanah yang dilengkapi sensor sepanjang perbatasan 60 km yang bertujuan untuk menyelesaikan proyek senilai 1,1 miliar dolar AS pada pertengahan 2019.