REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Persediaan beras masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga kini melimpah karena mereka memiliki ketahanan pangan dari hasil panen padi huma.
"Semua padi huma hasil panen itu disimpan di rumah pangan atau "leuit" sehingga mencukupi untuk kebutuhan hidup keluarga," kata Santa (45) seorang petani Badui saat dihubungi di Lebak, Ahad (14/1).
Selama ini, kenaikkan harga beras di pasaran tidak berdampak terhadap masyarakat Badui. Masyarakat Badui hingga kini belum pernah mengalami kerawanan pangan.
Hasil panen padi huma mereka tidak dijual karena untuk memenuhi kebutuhan guna konsumsi pangan keluarga. Petani mengembangkan lahan pertanian padi huma sekitar Kecamatan Gunungkencana, Cileles, Leuwidamar, Bojongmanik, Cirinten, Sobang, dan Cimarga.
Lahan pertanian ladang huma itu dengan sistem sewa maupun bagi hasil dengan pemilik lahan. Selain itu banyak masyarakat Badui menanam di lahan milik Perum Perhutani. "Kami berharap panen padi huma tiga bulan ke depan bisa dipanen dengan bagus tanpa serangan hama," kata Santa.
Pulung (50) warga Badui mengaku dirinya hingga kini belum pernah membeli beras di pasaran karena persedian pangan melimpah.
Bahkan panen padi huma tahun lalu masih banyak hingga memadati rumah pangan. Selain itu dirinya mendapat bantuan program beras untuk masyarakat sejahtera atau rastra. "Kami sebulan sekali mendapat rastra dari desa setempat," katanya.
Kepala adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija, mengatakan, saat ini masyarakat Badui belum pernah mengalami kerawanan pangan karena setiap panen padi huma disimpan di lumbung-lumbung pangan atau leuit.
Saat ini, jumlah lumbung pangan tercatat 405 lumbung dan setiap lumbung dapat menampung gabah antara empat sampai lima ton.
Di samping itu, masyarakat Badui menerima program beras untuk masyarakat miskin atau rastra. Karena itu, masyarakat Badui yang berpenduduk 11.620 jiwa dan terdiri dari 5.870 laki-laki dan 5.570 perempuan terpenuhi kebutuhan pangannya. "Kami tidak berdampak kenaikkan harga beras di pasaran itu karena persedian pangan cukup dan surplus," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan prinsip masyarakat Badui yang diwariskan dari nenek moyang selama ini bisa menata produksi pangan cukup baik. Selama ini, masyarakat Badui belum pernah mengalami krisis pangan.
Mereka mempertahankan pangan dengan bercocok tanam padi gogo di lahan darat tanpa menggunakan pupuk kimia. Bahkan, produksi pangan di kawasan Badui surplus dan melimpah karena sebagian gabah mereka disimpan di lumbung pangan. "Penyimpanan gabah itu untuk mempertahankan ketahanan pangan," ujar Dede.