REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Puluhan murid di Kabupaten Chenggu, wilayah barat laut Cina melewati titian papan tunggal agar bisa mencapai sekolahnya. Murid-murid berusia tiga hingga 12 tahun harus melewati titian di atas Sungai Nansha yang memisahkan rumah dengan sekolahnya.
Setiap hari sebanyak 67 murid melewati jembatan bambu di atas hulu sungai sepanjang tiga kilometer tersebut agar tidak memutar sejauh enam kilometer, tulis media lokal Huashang, Senin (15/1).
Menurut warga desa di Kabupaten Chenggu, Provinsi Shaanxi, dengan melalui titian itu perjalanan ke sekolah bisa ditempuh hanya 15 menit atau lebih cepat satu jam daripada harus memutar.
Wang Tianfu, kakek dari seorang murid, menuturkan bahwa titian bambu itu dibangun dengan dana 4.500 Reminbi atau RMB (Rp 9 juta) yang dihimpun dari warga desa setempat. Titian bambu sepanjang 115 meter dan lebar 0,5 meter selalu goyah karena bahannya hanya dari bambu.
Huang, warga desa lainnya, menambahkan bahwa jembatan tersebut biasanya dibangun menjelang awal semester sekolah dan akan dibongkar menjelang bulan April untuk menghindari terjangan banjir.
Menurut Wang, tradisi bongkar-pasang titian bambu itu telah berlangsung lebih dari 50 tahun. Awalnya jembatan tersebut terbuat dari batu, namun biaya perawatannya sangat besar.
Laman berita People's Daily menurunkan foto-foto titian bambu yang dilalui para siswa, sementara sungai di bawahnya penuh luapan salju.
Di Indonesia, titian bambu di atas sungai yang airnya deras juga menjadi satu-satunya jalan menuju sekolah di beberapa daerah di Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Bali. Bahkan di Banten, para murid juga harus bergelantungan seperti dalam film Indiana Jones saat melalui titian bambu agar tidak tercebur ke sungai.