Senin 15 Jan 2018 15:40 WIB

Tegang dengan Mesir, Sudan Kirim Tentara ke Perbatasan

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Militer Sudan (ilustrasi)
Foto: Reuters/Mohamed Nureldin Abdallah
Militer Sudan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Sudan mengirim lebih banyak tentara ke perbatasan timur dengan Eritrea karena ketegangan di kawasan Laut Merah terus meningkat.

Seperti dilansir Aljazirah, Senin (15/1), awal bulan ini Sudan menutup perbatasannya dengan Eritrea dan mengirim pasukan ke wilayah perbatasan Kassala, menyusul laporan bahwa Mesir telah mengerahkan pasukan di Asmara.

"Tentara nasional Sudan telah mengirim sebagian dari pasukannya ke daerah ini untuk melindungi keamanan Sudan karena kami memiliki informasi bahwa beberapa pihak menargetkan kami," kata Menteri Luar Negeri Sudan, Ibrahim Ghandour, setelah bertemu dengan rekannya dari Ethiopia Workneh Gebeyehu di Khartoum, Ahad (15/1).

Ghandour mengatakan pertemuan tersebut tidak membicarakan tentang ancaman terhadap negara manapun, namun mereka memiliki informasi yang menunjukkan ada beberapa hal yang akan membahayakan negara mereka.  "Inilah mengapa kita mengantisipasi bahaya apa pun yang bisa datang dari sana," kata Ghandour.

Pertemuan tersebut berlangsung di tengah memburuknya hubungan antara Sudan dan Ethiopia serta Mesir dan Eritrea . Sudan juga telah memanggil duta besarnya di Kairo menyusul laporan kehadiran pasukan Mesir di Eritrea.

Ketegangan terakhir dipicu setelah Sudan menandatangani sebuah kesepakatan untuk sementara menyerahkan Pulau Suakinah Laut Merah ke Turki.

Ankara dan Khartoum mengatakan Turki akan membangun kembali pulau Utsmani yang hancur dan jarang penduduknya untuk meningkatkan pariwisata dan menciptakan titik transit bagi calon jamaah haji yang melintasi Laut Merah untuk menuju Makkah. Turki juga berencana membangun dermaga angkatan laut di pulau itu.

Media Mesir mengkritik kesepakatan tersebut dan menuduh Turki akan membangun sebuah pangkalan militer di pulau tersebut. Hubungan antara Turki dan Mesir telah mengalami kebuntuan cukup lama.

Ankara mengecam keras kudeta militer Mesir pada 2013 yang menggulingkan Presiden terpilih Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin. Ketegangan politik antara Mesir, Sudan dan Ethiopia telah meningkat selama bertahun-tahun karena penggunaan air Sungai Nil dan keputusan Ethiopia untuk membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di sungai tersebut.

Mesir telah berselisih dengan Sudan dan Ethiopia mengenai proyek bendungan senilai 4,8 miliar dolar AS tersebut. Kairo khawatir posisi negara mereka di hilir dapat mempengaruhi aksesnya terhadap air dari lembah Sungai Nil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement