REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Amin menyayangkan sikap pemerintah yang memutuskan impor beras. Amin berharap, beras impor yang dilakukan pemerintah tidak memasuki wilayah NTB. Pasalnya, kondisi ketersediaan beras di NTB cenderung stabil, bahkan surplus.
"Kita tidak perlu impor beras, karena kita sudah surplus, aneh kalau kita terima impor, bahkan kita ekspor," kata Amin di Mataram, NTB, Senin (15/1).
Menurut Amin, gejolak harga beras di beberapa daerah tidak berimbas pada NTB. Pasalnya, berdasarkan data Dinas Pertanian NTB, produksi beras di NTB mencapai 1,3 juta ton beras selama 2017. Angka ini, lanjut Amin, sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan warga NTB, di mana kebutuhan beras NTB berkisar 500 ribu ton hingga 600 ribu ton beras. Terdapat surplus sekitar 750 ribu ton beras yang dikirim ke luar NTB, seperti Bali dan NTT.
"Kita ada 1,3 juta ton beras, yang dikonsumsi dalam daerah sekitar 500 ribu ton, selebihnya bisa dikirim ke luar NTB," kata Amin.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB Putu Selly Andayani mengatakan, harga rata-rata bahan pokok di wilayah NTB masih relatif normal dan stok bahan pokok juga masih mencukupi kebutuhan masyarakat NTB.
Selly menyampaikan, harga beras di NTB masih berada di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Harga beras premium di NTB tercatat sebesar Rp 10.700 per kg atau di bawah HET yang sebesar Rp 12.800 per kg. Sedangkan harga beras medium di NTB sebesar Rp 9.100 per kg atau di bawah HET yang sebesar Rp 9.450 per kg.
"Untuk mengantisipasi naiknya harga beras, Bulog Divre NTB tetap melaksanakan Operasi Pasar untuk beras medium dengan harga Rp 9.000 per kg di beberapa wilayah kabupaten/kota di NTB," ujar Selly di Mataram, NTB, Ahad (14/1).
Dinas Perdagangan NTB bersama Satgas Pangan juga telah melalukan pengecekan lapangan terhadap harga 11 komoditi pangan strategis di tingkat pengecer atau pedagang pada pasar-pasar tradisional di NTB, mulai dari Pasar Tanamira Taliwang, Pasar Raya Amahami, Pasar Dasan Agung, Pasar Tanjung, Pasar Tente Sila, Pasar Bawah, Pasar Seketeng, Pasar Gerung, Pasar Umum Pancor, dan Pasar Renteng pada Sabtu (13/1).
Terkait keputusan pemerintah pusat yang akan melalukan impor beras, Selly berharap tidak menyasar pada daerah-daerah yang surplus beras seperti NTB. "Mungkin di daerah yang bukan surplus beras. Kalau NTB sudah surplus beras. Kan ada surat gubernur, tidak menerima beras dari luar daerah," kata Selly.