Senin 15 Jan 2018 17:34 WIB

KPAI Bantah Isu 80 Anak Jatuh Sakit Pascaimunisasi Difteri

Tim dokter Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah memberikan imunisasi difteri kepada seoranga pelajar Madrasah Pembangunan UIN di Rumah Sakit UIN Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (27/12).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Tim dokter Rumah Sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah memberikan imunisasi difteri kepada seoranga pelajar Madrasah Pembangunan UIN di Rumah Sakit UIN Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (27/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Bidang Kesehatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitti Hikmawatty mengatakan, pemberitaan mengenai anak muntah, diare, badan sakit, dan demam akibat vaksinasi difteri di Tulungagung tidak benar. Ia mengatakan, vaksinasi difteri tidak menimbulkan efek samping muntah, diare, badan sakit, dan demam.

"Terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), gejala umum yang lazim berkaitan dengan vaksin difteri pada KIPI biasanya bengkak, merah, nyeri di sekitar suntikan," kata Sitti di Jakarta, Senin.

Sebelumnya, KPAI menerima informasi terkait kasus yang menimpa murid di daerah Tulungagung, Jawa Timur, tentang adanya korban setelah pemberian imunisasi difteri. Informasi itu menyebutkan lebih dari 80 anak jatuh sakit dan sebagian dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang beragam, antara lain mual sampai dengan muntah, diare, badan terasa sakit, hingga demam.

Sitti mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan aparat yang menangani. Di lokasi lain untuk vaksinasi yang sama tidak ada kejadian seperti yang diberitakan itu. KPAI berkoordinasi dengan anggota IDAI yang memperkuat pernyataan gejala KIPI.

Hasil penelusuran dengan pihak Kemenkes, kata dia, didapat informasi bahwa hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien menunjukkan positif mengandung kontaminasi salmonella typhi yang diduga berasal dari makanan. Selama murid mendapatkan vaksinasi mereka juga mengonsumsi makanan yang sama dari pihak sekolah.

Oleh karena itu, Sitti mengimbau agar media tidak cepat-cepat menyimpulkan sebuah kejadian. Karena, berdekatan dengan kegiatan imunisasi langsung dianggap sebagai KIPI.

"Ada kekhasan dampak KIPI, pihak medis yang paling berkompeten menilai kejadian tersebut sebagai KIPI atau bukan. Kita tidak bisa menggunakan asumsi dalam menilai kejadian medis karena indikator medis ini jelas. Biarkan sistem bekerja, masyarakat diminta melaporkan melalui saluran resmi yang ada," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement