REPUBLIKA.CO.ID, MUSI BANYUASIN -- Menuju Dusun 7, Desa Muara Medak, Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan bukanlah hal yang mudah. Berjarak sekitar 49 km dari kota Jambi, lokasi tersebut harus ditempuh melalui jalan bergelombang, menembus perkebunan sawit, hingga diteruskan dengan perahu menyusuri anak sungai Pejudian. Sekitar 3 jam baru bisa sampai ke desa tersebut.
Walaupun perjalanan tersebut melelahkan, tapi tidak menyurutkan tim JOB Pertamina Talisman Jambi Merang (JOBPTJM) melakukan pendampingan intensif kepada masyarakat desa yang merupakan Suku Anak Dalam yang hidupnya nomaden. Hidup mereka bergantung kepada hasil tangkapan ikan di pesisir sungai.
Di tempat itu, JOB Pertamina Talisman Jambi Merang mengembangkan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat riparian tersebut dengan mengusung program 'Barisan Selempang Cinta Bumi'. Program ini merupakan kegiatan yang terpadu antara pemberdayaan masyarakat pesisir sungai dan upaya perbaikan lingkungan sungai, melalui pendidikan masyarakat.
Menurut General Manager JOB Pertamina Talisman Jambi Merang Indra Shahab, Barisan Selempang Cinta Bumi bertujuan untuk menumbuh-kembangkan kemandirian masyarakat hingga berbuah menjadi kesejahteraan masyarakat. “Ini adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi kami. Dengan memadukan program pendidikan, lingkungan, dan ekonomi, kami berharap kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam menjadi lebih sejahtera,” ujarnya.
Relawan Pendidikan
JOBPTJM mengerahkan pengajar sukarela yang berasal dari komunitas Peduli Suku Anak Dalam dan membangun fasilitas Sekolah Apung sebagai pusat aktivitas belajar mengajar.
Untuk mengubah pola hidup masyarakat di dusun tersebut, Barisan Selempang Cinta Bumi melakukan pendekatan melalui bidang pendidikan. Dengan mengusung program pendidikan Melek Baco Tulis, JOBPTJM mengerahkan pengajar sukarela yang berasal dari komunitas Peduli Suku Anak Dalam. JOBPTJM membangun fasilitas Sekolah Apung sebagai pusat aktivitas belajar mengajar.
Menurut salah satu pengajar sukarela, Reny Ayu Wulandari, upaya pertama yang dilakukan sukarelawan adalah mengenalkan baca-tulis untuk anak-anak usia sekolah. Pasalnya, semua anak di masyarakat tersebut sama sekali tidak ada yang mengenal huruf maupun angka satu pun.
“Melek Baco Tulis ini merupakan sebuah hak untuk anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak. Sebenarnya bukan hanya anak-anak, seluruh masyarakat di sini pun berhak merasakan program ini. Tujuannya, kami ingin memutus rantai kebodohan dan kemalasan mereka,” kata Reny.
Hal senada disampaikan Suci Utami Armand, pengajar dari komunitas Peduli Suku Anak Dalam. Menurutnya, anak-anak di daerah ini sebenarnya mampu bersaing jika mereka harus keluar dari daerahnya. “Yang terpenting, mereka dibekali ilmu. Salah satunya dengan membaca buku yang menjadi pintu untuk melihat dunia di luar sana,” ucap dia.
Menurutnya, anak-anak di sini cerdas, memiliki daya tangkap yang cepat, dan tidak takut dengan kompetisi. Perasaan kagum terhadap anak-anak hebat tersebut terpancar melalui air mata sang pengajar. Mereka yakin, di balik tembok hutan yang luas banyak kesempatan yang dapat diraih anak-anak tersebut.
Tinggalkan cara barter
Rendahnya taraf hidup masyarakat di pesisir sungai disebabkan hampir tidak adanya kemampuan untuk melakukan kegiatan perekonomian. Kebutuhan sehari-hari, mereka penuhi dari hasil tangkapan ikan yang jumlahnya tidak banyak dan harga ikan yang rendah. Diperburuk lagi dengan kendala kemampuan baca tulis hitung yang pada akhirnya memaksa masyarakat Dusun 7 untuk barter dalam kegiatan ekonominya.
Melalui Barisan Selempang Cinta Bumi, masyarakat dilatih untuk mengembangkan proses pembibitan ikan agar dapat berlangsung secara kontinyu. Selanjutnya mereka diajarkan pengolahan pasca panen dengan pengasapan, sehingga dapat meningkatkan nilai jual ikan-ikan tersebut. Tidak hanya itu, JOB PTJM membantu memasarkan ikan-ikan tersebut. Saat ini produk dari hasil panen sudah dibuat dalam kemasan yang siap dipasarkan dan dinikmati oleh masyarakat luas.
“Kita bina mereka untuk meninggalkan cara barter, agar mereka bisa mendapatkan nilai yang layak dari hasil panen mereka sendiri. Kami membimbing mereka agar dapat menikmati hasilnya dengan layak, dan menambah nilai jual dari hasil panen tersebut,” ujar Indra.
Air bersih dan klinik
JOB PTJM membangun filter air sungai untuk kebutuhan sehari masyarakat suku anak dalam di Jambi.
Ketersediaan air bersih juga menjadi perhatian khusus. Sebab, anak sungai yang ditempati oleh masyarakat Dusun 7 merupakan endapan lahan gambut dari perkebunan sawit yang ada di sekitar wilayah tersebut. Berwarna gelap kemerahan membuat siapa saja yang melihatnya enggan untuk menggunakannya.
Sekarang masyarakat tak perlu mencemaskannya lagi. JOB PTJM membangun filter air sungai untuk kebutuhan sehari masyarakat suku anak dalam tersebut. Dengan metode filterisasi yang sangat sederhana, masyarakat hanya tinggal membuka kran air untuk memenuhi kebutuhan akan air bersihnya.
“Sekarang nasi kami tidak berwarna merah, dan kami tidak perlu khawatir lagi akan ketersediaan air bersih, sudah dapat diminum seperti biasa, tidak lengket dan tidak meninggalkan rasa getir di tenggorokan,” ujar Mak Tua, sapaan akrab salah satu penduduk disana.
JOB PTJM juga menyediakan sarana klinik apung. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat yang rutin dilaksanakan setiap dua mingguan. Program klinik apung ini bertujuan agar mereka mendapatkan fasilitas kesehatan yang sama dengan masyarakat yang tinggal di daratan. Masyarakat bisa memperoleh pengobatan yang layak, sehingga tidak ada lagi yang sakit dibiarkan terbujur lemas tak berdaya, karena jarak dan akses yang sulit dicapai.
Keberhasilan program yang dilakukan oleh JOB Pertamina Talisman Jambi Merang tidak luput dari kerja keras bersama dengan dukungan aparat desa yang juga menjadi inisiator program tersebut. Konsultasi dan koordinasi yang baik turut mendukung terlaksananya program ini dalam upaya untuk memberdayakan Suku Anak Dalam menuju masyarakat mandiri yang cinta bumi.
(adv)