REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Salah satu anggota kelompok ISIS asal Australia yang paling dikenal, Neil Prakash dikaitkan dengan rencana teror menyerang patung Liberty di New York. Namun rencana ini telah digagalkan.
Keterlibatan Neil Prakash
Sejumlah dokumen pengadilan menunjukkan Neil menggagalkan upaya lewat seorang informan FBI untuk menghubungi Munter Omar Saleh. Saleh telah mengaku bersalah merencanakan serangan.
Nama alias Neil, yakni Abu Khalid al Kambodi disebutkan oleh jaksa dalam dokumen pengadilan di New York. Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan seorang informan FBI mengaku Neil pernah memintanya mengontak Saleh. Kepada Saleh, Neil membantah ia melakukannya.
Seamus Hughes, wakil direktur program terkait kejahatan ekstremisme dari George Washington University mengatakan keterlibatan Prakash masih belum jelas. "Jadi ada lima orang di New York yang tertarik melakukan serangan atas nama ISIS. Salah satu dari mereka meminta Neil mengecek apakah ia bisa memberikan konfirmasi soal identitas seseorang yang ditemui secara online," katanya.
"Orang yang ia temui secara online ternyata seorang informan FBI dan Neil berkata, 'Saya tidak kenal orang itu'."
Perekrutan ISIS
Disebutkan para perencana aksi serangan telah mendapatkan instruksi cara membuat bom dari panci tekan atau pressure cooker dari seorang anggota ISIS asal Inggris dengan sasaran seperti Patung Liberty dan jantung kota New York, Times Square. Seamus mengatakan upaya menyerang negara-negara barat ada dalam buku teks ISIS.
"ISIS menggunakan dua pendekatan berbeda untuk merencanakan serangan," katanya.
"Salah satunya adalah individu yang datang ke Suriah dan Irak. Mereka dilatih, mereka belajar menggunakan bahan peledak dan senjata, dan mereka dipulangkan untuk melakukan serangan. Tapi mereka cenderung mengandalkan apa yang kita sebut 'perencana virtual' atau 'plot virtual'."
"Ini adalah pendekatan gabungan di mana orang-orang yang berada di kota Raqqa, Suriah, secara sistematis menjangkau orang-orang di negara Barat dan mendorong mereka melakukan serangan serta memberikan alat-alat yang dibutuhkan untuk menyerang."
Saleh ditangkap pada 2015 setelah menyerang seorang petugas FBI dengan pisau di tangannya. Ia dan pria lainnya, Fareed Mumuni, telah mengaku bersalah atas tuduhan teror. Dokumen tersebut menunjukkan jaksa menjatuhkan hukuman 53 tahun penjara untuk Omar Saleh dan 85 tahun untuk Fareed Mumuni.
Keterlibatan Neil bisa lebih jauh
Seamus mengatakan perlu waktu bertahun-tahun untuk menentukan berapa jumlah plot yang melibatkan Neil. Neil saat ini dipenjara di Turki dan Pemerintah Australia telah berupaya mengekstradisinya.
"Neil sedang menunggu ekstradisi dan kami telah melihat ini terjadi pada sejumlah orang [anggota ISIS] dari negara-negara barat ... apa yang disebut kekhalifahan telah runtuh, orang-orang ini melarikan diri ke Turki, mereka ditangkap pihak berwenang Turki," kata Seamus.
Artikel ini disadur dari laporan aslinya dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca disini.